BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di
dunia dalam setiap menit, sebanyak 380 perempuan menjadi hamil, 190 orang
diantaranya mengalami kehamilan yang tidak diharapkan, 110 orang mengalami
komplikasi kehamilan dan satu orang ibu meninggal (Alwi. Q, 2006). Menurut data
statistik yang dikeluarkan World Health Organization (WHO) tahun 2008, tercatat
angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di dunia mencapai 515.000
jiwa setiap tahun. Di negara miskin, sekitar 20-50% kematian wanita usia subur
disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan (WHO, 2008).
Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menunjukkan Angka
Kematian Ibu (AKI) masih tergolong tinggi yaitu 288 per 100.000 kelahiran hidup.
Itu berarti setiap tahun ada 13.778 kematian ibu atau setiap dua jam ada
dua ibu hamil, bersalin, nifas yang meninggal karena berbagai penyebab. Upaya
pemerintah untuk menurunkan AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2010 masih belum terwujud. Dibandingkan dengan negara-negara Asia
Tenggara lainnya, misalnya saja di Vietnam memiliki AKI 200 per 100.000
kelahiran hidup, di Singapura 5 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di
Malaysia 69 per 100.000 kelahiran hidup dan di Philipina 142 per 100.000
kelahiran hidup. (Kompas, 23/7/2007).
Tingginya
AKI ini disebabkan oleh berbagai penyebab yang kompleks, yaitu sosial, budaya,
ekonomi, tingkat pendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan gender, dan
penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi,
eklampsi, partus lama dan komplikasi abortus. Hal ini menempatkan upaya pertolongan
persalinan yang aman untuk menyelamatkan nyawa ibu hamil sebagai program
prioritas pemerintah (Kaplan
& Saddock, 2007).
Proses
persalinan seringkali mengakibatkan aspek-aspek psikologis sehingga menimbulkan
berbagai permasalahan psikologis bagi ibu hamil
yang salah satunya adalah kecemasan. Seperti yang diungkapkan Sarafino
(2006) bahwa kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh ibu
hamil menjelang persalinan. Kecemasan yang sering terjadi adalah apabila ibu
hamil menjelang persalinan yang mengancam jiwanya sebagian besar berfokus pada
hubungan antara kecemasan, dalam proses kelahiran atau masa perawatan dan penyembuhan
(Stuart and Sundeen, 2008).
Faktor-faktor
yang menyebabkan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan diantaranya adalah
usia, pengetahuan tentang persalinan, paritas dan pemeriksaan kehamilan
(Mannuaba. IBG, 2006). Risiko
kehamilan yang tinggi akan terjadi apabila seorang wanita mengalami kehamilan
dan melahirkan dibawah umur 20 tahun dan diatas 35 tahun (Depkes.RI, 2007).
Menurut Susiaty (2008), bahwa usia ibu < 20 tahun dan ≥ 35 akan memberi
dampak terhadap perasaan takut dan cemas menjelang persalinan, karena usia ini
merupakan usia kategori kehamilan berisiko tinggi dan seorang ibu yang berusia
lebih lanjut akan menanggung risiko yang semakin tinggi untuk melahirkan bayi
cacat lahir. Menurut data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika
Serikat terdapat 40 juta orang berusia < 20 tahun mengalami gangguan
kecemasan menjelang persalinan (Pikirdong, 2008).
Paritas
dapat mempengaruhi kecemasan, karena terkait dengan aspek psikologis. Pada
ibu yang baru pertama kali melahirkan, belum ada bayangan mengenai apa
yang akan terjadi saat bersalin dan ketakutan karena sering mendengar cerita
mengerikan dari teman atau kerabat tentang pengalaman saat melahirkan seperti
sang ibu atau bayi meninggal dan ini
akan mempengaruhi mindset ibu mengenai proses persalinan yang menakutkan. Menurut psikolog Astuti. SR (2008), jangankan
persalinan pertama pada persalinan kelima pun masih wajar bila ibu merasa
cemas. Sedangkan pada multigravida perasaannya terganggu diakibatkan karena
rasa takut, tegang dan menjadi cemas oleh bayangan rasa sakit yang dideritanya
dulu sewaktu melahirkan (Amalia, T, 2009).
Pengetahuan
tentang persalinan dapat mempengaruhi kecemasan ibu hamil menjelang persalinan,
karena pada ibu yang memiliki pengetahuan kurang akan memandang proses
persalinan sebagai sesuatu yang menakutkan. Dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo. S, 2003. Penelitian
Sekardiana, NLP (2006) di Wilayah
Puskesmas Kerambitan II Tabanan Bali menemukan ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan ibu hamil tentang proses persalinan dengan tingkat kecemasan
menghadapi persalinan.
Pendamping
persalinan merupakan faktor pendukung dalam lancarnya persalinan. Setelah
melalui banyak penelitian kehadiran suami memberi dukungan kepada istri membantu
proses persalinan karena membuat istri lebih tenang. Faktor psikis dalam
menghadapi persalinan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi lancar tidaknya
proses persalinan (Musbikin, 2007).
Kematian ibu maternal di Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2007 paling banyak adalah waktu bersalin yakni 52 orang, sedangkan
pada tahun 2008 sebanyak 58 orang. Bila dilihat dari tahun ke tahun terjadi
penurunan, namun angka ini belum cukup bermakna (Dinas Kesehatan Sulawesi
Tenggara, 2007 dan 2008). Kematian ibu maternal di Kabupaten Muna tahun 2007 paling
banyak adalah waktu bersalin yakni 6 orang, sedangkan pada tahun 2008 sebanyak 8
orang (Dinas Kesehatan Kabupaten Muna, 2008 dan 2009).
Puskesmas Guali merupakan salah satu Puskesmas
dengan jumlah kematian ibu maternal karena bersalin paling banyak di Kabupaten
Muna. Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Muna tahun 2008 mencatat jumlah kematian
ibu karena bersalin sebanyak 3 orang, tahun 2009 sebanyak 2 orang dan pada
tahun 2010 sebanyak 5 orang (Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara, 2007 dan 2008).
Di wilayah kerja Puskesmas Guali terdapat 167
ibu hamil trimester III. Berdasarkan survei awal yang penulis lakukan
selama satu minggu, dari 20
persalinan pertama 17 diantaranya mengalami kecemasan dalam
menghadapi persalinan. Hal ini ditandai
dengan ibu bersalin merasakan ketakutan. Dari 20 persalinan tersebut, sebanyak 12 orang
berusia <20 tahun, 13 orang baru pertama kali melahirkan. Dari segi tingkat
pendidikan sebanyak 5 orang tidak tamat SD, 10 orang tamat SD, 2 orang tamat
SLTP dan 3 orang tamat SLTA. Kemudian dari segi pendamping persalinan, sebanyak
5 orang (25%) yang didampingi suami, selebihnya 15 orang (75%) didampingi orang
tua dan mertua.
Berdasarkan hasil observasi tersebut diatas, maka telah
melaksanakan penelitian tentang “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Guali
Kabupaten Muna tahun 2011.” Melalui suatu proses penelitian.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan umur dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di wilayah
kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
2. Apakah ada hubungan paritas dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di
wilayah kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
3. Apakah ada hubungan pengetahuan tentang persalinan dengan kecemasan ibu hamil
menjelang persalinan di wilayah kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
4. Apakah ada hubungan pendamping persalinan dengan kecemasan ibu hamil menjelang
persalinan di wilayah kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu hamil
menjelang persalinan di wilayah kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
2.
Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.1. Untuk mengetahui hubungan
umur dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di wilayah kerja Puskesmas
Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
2.2. Untuk mengetahui hubungan
paritas dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
2.3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan
tentang persalinan dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di wilayah
kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
2.4. Untuk mengetahui hubungan
pendamping persalinan dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di
wilayah kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi penulis
Penelitian ini merupakan
proses belajar memecahkan masalah sekaligus menambah wawasan pengetahuan.
2.
Bagi peminatan kesehatan
reproduksi
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat khasana ilmu di bidang kesehatan ibu dan
anak.
3.
Bagi ibu hamil
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berharga bagi ibu hamil
dalam meningkatkan pengetahuan tentang tingkat kecemasan dalam menghadapi
persalinan.
4.
Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi masukan yang berharga dalam menyusun rencana kebijakan
penanganan persalinan yang aman pada ibu hamil.
5.
Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pustaka atau informasi
tambahan bagi peneliti-peneliti selanjutnya untuk mengkaji masalah yang belum
dikaji dalam penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Konsep persalinan
- Pengertian
Persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, IBG. 2006).
- Jenis – jenis persalinan
2.1. Menurut cara persalinan
2.1.1. Partus biasa (normal) di sebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pervagina dengan tanaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat
serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24
jam.
2.1.2. Luar biasa (abnormal) ialah partus persalinan pervagina dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut
dengan operasi caesarea.
2.2. Menurut tua atau umur kehamilan
2.2.1. Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan
sebelum janin dapat hidup (viable), berat janin dibawah 1000 gram, tua
kehamilan dibawah 28 minggu.
2.2.2. Partus
prematurus adalah persalinan
dengan hasil konsepsi pada kehamilan 28-36 minggu, janin dapat hidup tetapi
prematur, berat janin diatas 1000-2500 gram.
2.2.3. Partus
maturus atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada
kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan diatas 2500 gram.
2.2.4. Partus
postmaturus (serotunis) adalah
persalinan yang terjadi dua minggu atau lebih dari waktu partus yang di taksir, janin disebut postmatur.
2.2.5. Partus
presipatatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin
dikamar mandi, diatas becak, dan sebagainya.
2.2.6. Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan
persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disporposi sefalopelfik (Mochtar, R. 2006).
2.3. Sebab- sebab yang menimbulkan persalinan
Apa yang
menyebabkan persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupkan
teori-teori yang komplek antara lain dikemukakan faktor-faktor humoral,
struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi.
2.3.1. Teori penurunan hormon, 1-2 minggu sebelum
partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron.
Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim. Akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron
turun.
2.3.2. Teori plasenta. Menjadi tua akan menyebabkan
turunnya kadar estrogen dan progesterone yang disebabkan kekejangan pembuluh
darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
2.3.3. Teori distensi rahim: rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan
ischemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenter.
2.3.4. Teori iritasi mekanik: dibelakang servik terletak ganglion
servikalis (pleksus frankenhauser),
bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin, akan
menimbulkan kontraksi uterus.
2.3.5. Induksi partus (induction of labour): partus dapat pula ditimbulkan dengan
jalan, a) gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang
pleksus frankenhauser, b) amniotomi: pecahan ketuban, c) oksitosin
drips: pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus (Mochtar, R. 2006).
2.4. Tanda-tanda permulaan persalinan
2.4.1. Lightening atau settling atau dropping yaitu
kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada
multipara tidak begitu kentara.
2.4.2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri lebih turun.
2.4.3. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin.
2.4.4. Perasaan sakit diperut dan di pinggang oleh
adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus,
kadang-kadang disebut false labor pains.
2.4.5. Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan
sekresinya bertambah sehingga bercampur darah ( bloody show) (Mochtar, R. 2006).
2.5. Tanda-tanda inpartu
2.5.1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih
kuat, sering, dan teratur.
2.5.2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang
lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
2.5.3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan
sendirinya.
2.5.4. Pada pemeriksaan dalam, servik mendatar, pembukaan telah ada. Faktor-faktor yang berperan
dalam persalinan adalah 1) kekuatan yang mendorong janin keluar (power) a. his (kontraksi uterus) b. Kontraksi otot-otot dinding perut c. Kontraksi diagfragma d. Ligamentous action terutama ligament
rotundum. 2) faktor Janin 3) faktor jalan lahir
(Manuaba, IBG. 2006).
2.6. Mekanisme persalinan
2.6.1. Persalinan kala I
Kala I adalah
kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.
Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan.
Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung sekitar 12 jam sedangkan
multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve friedman, diperhitungkan
pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan
perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan. Kala I
terdiri dari dua fase:
2.6.1.1. Fase laten: dimana pembukaan servik
berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm berlangsung tujuh sampai delapan jam.
2.6.1.2. Fase aktif berlangsung selama enam jam dan dibagi dalam
tiga subfase, yaitu 1) akselerasi berlangsung dua jam, pembukaan menjadi 4 cm,
2) dilatasi maksimal selama dua jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm, 3)
deselerasi: berlangsung lambat dalam waktu dua jam menjadi 10 cm atau
lengkap.
2.6.2. Kala II atau kala pengusiran. Gejala utama
kala II (pengusiran) adalah :
2.6.2.1. His semakin kuat dengan interval dua sampai tiga
menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik.
2.6.2.2. Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang
ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.
2.6.2.3. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati
lengkap diikuti keinginan mengejan, karena tertekan fleksus frakenhouser.
2.6.2.4. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih
mendorong kepala bayi sehingga terjadi,
a) kepala membuka pintu, b) subocciput bertindak sebagai hipomoglion
berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, dan kepala
seluruhnya.
2.6.2.5. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh
putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala dan punggung.
2.6.2.6. Setelah putar paksi luar berlangsung, maka
persalinan pun ditolong.
2.6.2.7. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit
dan multigravida 30 menit.
2.6.3. Kala III (pelepasan uri). Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 - 10 menit.
Dengan lahirnya bayi, sudah mulai
pelepasan plasenta pada
lapisan nitabusch, karena sifat
retraksi otot rahim. Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan
secara crede pada fundus uteri.
2.6.4. Kala IV (observasi). Kala IV dilakukan untuk
melakukan observasi karena perdarahan post
partum sering terjadi pada dua jam pertama (Manuaba, IBG. 2006).
B.
Konsep Ibu Hamil
Hamil adalah sebuah proses yang diawali dengan
keluarnya sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan
sperma dan keduanya menyatu membentuk sel yang akan bertumbuh (BKKBN, 2008).
Seorang ibu belum tentu dikatakan hamil apabila hanya memiliki tanda-tanda
seperti terlambat haid, mual, muntah, perut dan payudara membesar karena
dikatakan hamil apabila sudah terdengar bunyi denyut jantung janin serta
terlihatnya tulang janin melalui Ultra Sono Grafi (USG) dan dalam foto rontgen
(Mochtar. R, 2006).
Proses kehamilan merupakan mata rantai
berkesinambungan, masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya kehamilan normal kira-kira 280 hari (40 minggu) sampai 300 hari (42
minggu) yang terhitung dari haid terakhir. Kehamilan 40 minggu disebut
kehamilan cukup bulan, bila kehamilan lebih dari 42 minggu disebut kehamilan
post matur. Kehamilan dibagi tiga fase yaitu trimester I (antara 0 sampai 12
minggu) trimester II (antara 12 minggu sampai 28 minggu) dan trimester III
(antara 28 minggu sampai 40 minggu).
Menurut Wiknjosastro (2006) pada wanita hamil terdapat
tanda dan gejala antara lain sebagai berikut :
1. Amenore. Gejala ini sangat penting
karena umumnya wanita hamil tidak haid lagi. Penting diketahui tanggal hari
pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan perkiraan
persalinan
2. Nausea (enek) dan emisis (muntah). Enek umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama
kehamilan, disertai kadang-kadang oleh emosi. Morning sickness dalam batas-batas tertentu keadaan ini masih
fisiologik. Bila terlampau sering, dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan
disebut hiperemisis grafidarum.
3. Mengidam
(menginginkan makanan atau minuman tertentu). Mengidam sering terjadi pada
bulan-bulan pertama akan tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan
4. Pingsan.
Sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai. Dianjurkan pada
bulan-bulan pertama tidak berada di tempat itu. Keadaan ini akan hilang sesudah
kehamilan 16 minggu.
5. Payudara
tegang dan membesar. Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dan
progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli di payudara.
6. Anoreksia
(tidak nafsu makan). Pada bulan-bulan pertama tidak anoreksi, tetapi setelah
itu nafsu makan timbul lagi. Hendaknya dijaga jangan sampai salah pengertian
makan untuk “dua orang” sehingga kenaikan berat badan tidak sesuai dengan
tuanya kehamilan.
7. Sering
kencing. Kejadian ini terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama
kehamilan karena tertekan uterus yang mulai membesar. Pada tri wulan kedua
umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang mulai membesar dari rongga
panggul. Dan menekan kembali kandung kencing.
8. Obstipasi
(sulit buang air besar). Keadaan ini karena pengaruh progesterone dapat
menghambat peristaltik usus.
9. Pigmentasi
kulit. Terjadi pada usia kehamilan 12 minggu ke atas pada pipi, hidung dan
dahi, kadang-kadang nampak deposit pigmen yang berlebihan, dikenal sebagai
kloasma grafidarum. Areola mamae juga menjadi lebih hitam karena didapatkan
deposit pigmen yang berlebih daerah leher hitam (linea gresia). Pigmentasi ini
terjadi karena pengaruh dari hormone steroid plasenta yang merangsang melanofor
dari kulit.
10. Epulis hipertropi dari papil gusi
terjadi pada trimester pertama
11. Varises. Sering dijumpai pada trimester
terakhir. Didapat pada daerah genetalia
eksterna, fosa paplitea, kaki dan betis. Pada multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada kehamilan
terdahulu, timbul kembali pada trimester pertama. Kadang-kadang timbul varises merupakan gejala kehamilan muda.
C.
Konsep Dasar Kecemasan
1. Pengertian
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggris “anxiety” berasal
dari Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang
berarti mencekik. Konsep kecemasan memegang peranan yang sangat mendasar dalam
teori-teori tentang stres dan penyesuaian diri (Lazarus, 2007).
Kecemasan
adalah gangguan dalam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau
kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam
menilai realitas, keperibadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu
tetapi masih dalam batas normal (Hawari. D, 2006). Menurut Lazarus
(2007), kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif
mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik
atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada hubungannya
berbagai perasaan yang sifatnya difuss,
yang sering bergabung atau disertai gejala jasmani.
2. Faktor presipitasi
Banyak teori
yang menjelaskan mengenai sumber dari kecemasan tetapi oleh Stuart dan Sundeen
(2008), stressor presipitasi terjadinya kecemasan di kelompokkan menjadi:
2.1.
Ancaman
terhadap integritas fisik
Bila
seseorang mengalami ancaman terhadap integritas fisik, maka akan memberikan
kesan ketidak mampuan fisikologis atau berkurangnya kemampuan terhadap
aktifitas sehari-hari. Hal tersebut di pengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam
maupun dari luar tubuh manusia. Faktor dari luar tubuh, yaitu a) terinfeksi
virus atau bakteri, pencemaran lingkungan, ancaman terhadap keamanan, b) rumah
tidak memadai, c) tidak adanya sandang dan pangan dan d) mengalami
kecelakaan/perang
Sedangkan
faktor dari dalam tubuh manusia antara lain kegagalan mekanisme fisikologi
jantung, kegagalan sistem imun, kegagalan regulator temperature, gagal
berpatisipasi dalam memelihara kesehatan perawatan gigi, istirahat dan latihan
fisik.
2.2.
Ancaman
terhadap konsep diri
Faktor-faktor
dari luar tubuh mempengaruhi ancaman terhadap konsep diri antara lain hilangnya
kasih sayang, kematian atau perprisahan dengan orang yang dicintai, perubahan
status pekerjaan, masalah etika atau norma yang berlaku, situasi kerja dan tekanan
sosial atau kultur.
Sedangkan
faktor dari dalam tubuh yang mempengaruhi ancaman konsep diri adalah sulit
mengadakan hubungan interpersonal baik terhadap lingkungan dimana seseorang
bekerja, didalam rumah, maupun di masyarakat serta sulit menerima perubahan
baru. Hal ini biasanya terjadi pada orang tua, pelajar atau pun pekerja.
3. Rentang respon kecemasan
Menurut
stuart dan sundeen, respon kecemasan dapat difluktuasikan dalam rentang
adaptasi dan maladptif.
3.1.
Respon adaptif
Respon adaptif
adalah suatu keadaan dimana terjadi stressor dan bila individu mampu menghabat
dan mengatur hal tersebut. Maka akan menghasilkan hal yang positif, hal positif
tersebut antara lain dapat memecahkan maslah dan konflik, adanya dorongan untuk
bermotivasi dan terjadinya peningkatan prestasi fungsional.
3.2.
Respon
maladaptif
Respon
maladaptif merupakan suatu keadaan dimana tidak terjadi pertahanan perilaku
individu secara otomatis terhadap ancaman kecemasan. Apabila terjadi ancaman
terhadap individu, kemudian individu tersebut menggunakan respon adaptif, maka
ia dapat beradaptasi terhadap ancaman tersebut dengan demikian maka kecemasan
tidak terjadi. Tetapi apabila ia menggunakan respon maladaptif, maka yang akan
terjadi adalah individu akan mengalami kecemasan secara bertahap mulai dari
tingkat sedang ke tingkat berat akhirnya menjadi panik.
4. Tingkat
kecemasan
Peplau dalam Leary (2007) membagi kecemasan dalam empat tingkatan yaitu
: kecemasan tingkat ringan, sedang, berat, dan panik. Selengkapnya dari
masing-masing tingkat kecemasan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
4.1.
Kecemasan
ringan
Kecemasan ringan adalah kecemasan normal dimana individu pada keseharian
dalam batasan kemampuan untuk melakukan dan memecahkan maslah meningkat.
Batasan karakteristik dari kecemasan ringan adalah gelisah, insomnia ringan, perubahan
nafsu makan, peka, pengulangan pertanyaan, perilaku mencari perhatian, peningkatan
kewaspadaan, peningkatan persepsi dan pemecahan masalah, mudah marah, fokus
pada masalah masa dating dan gerakan tidak tenang.
4.2.
Kecemasan
sedang
Kecemasan sedang adalah cemas yang mempengaruhi pengetahuan baru dengan
penyempitan lapang pandang persepsi sehingga individu kehilangan pegangan
tetapi dapat mengikutinpengarahan dari orang lain. Batasan dari karakteristik
dari kecemasan sedang adalah perkembangan dari kecemasan ringan, perhatian
terpilih pada lingkungan, konsentrasi pada tugas-tugas individu, ketidaknyamanan
subyektif sedang, peningkatan jumlah waktu yang digunakan pada situasi masalah,
suara bergetar, perubahan dalam nada suara, takipnea, takikardia, gemetaran, peningkatan
ketegangan otot, menggigit kuku, memukul-mukul jari, mengetuk-ngetuk jari kaki,
menggoyangkan kaki.
4.3.
Kecemasan
berat
Selama episode kecemasan berat, lapang pandang persepit sampai titik
dimana individu tidak dapat memecahkan masalah atau mempelajari masalah.
Fokusnya pada rincian yang detail atau terpisah – pisah dan pola komunikasi
terganggu. Pasien dapat memperlihatkan beberapa usaha yang gagal untuk
mengurangi kecemasan dan biasanya mengungkapkan subyek distress dengan
berat. Batasan karakteristik dari
kecemasan berat adalah:
4.3.1. Ketegangan otot berlebihan (sakit kepala,
spasme otot)
4.3.2. Perasaan terncam
4.3.3. Perubahan gastrointestinal antara lain mual,
muntah, rasa terbakar pada uluh hati, sendawa, anoreksia, diare atau kontipasi
4.3.4. Perubahan pernapasan atara lain nafas
panjang, hiperventilasi, dispnea dan pusing.
4.3.5. Perubahan kardiovaskuler antara lain
tahikardia, palpitasi, rasa tidak nyaman pada prekordia, berkurangnya jarak
persepsi secara hebat, ketidak mampuan untuk belajar, ketidak mampuan untuk
berkonsentrasi, rasa terisolasi, aktifitas yang tidak berguna, bermusuhan
4.4.
Panik
Kecemasan meningkat sampai
tingkat dimana individu saat ini dapat berbahaya terhadap diri sendiri atau
orang lain, dan dapat menjadi diam atau dapat menyerang dengan cara kacau.
Batasan karakteristik dari panik:
4.4.1. Hiperaktifitas atau imobilisasi berat
4.4.2. Rasa isolasi yang ekstrim
4.4.3. Kehilangan identiutas, desintegrasi
kepribadian
4.4.4. Saat goncang dan otot tegang
4.4.5. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan
kalimat yang lengkap
4.4.6. Distorsi persepsi dan penilaian yang tidak
realitas terhadap lingkungan atau ancaman
4.4.7. Perilaku kacau dalam usaha melarikan diri
4.4.8. Menyerang
dan
piskologis yang dimanisfestasikan dengan perubahan perilaku.
5. Penilaian kecemasan
Gejala
kecemasan dapat diukur dengan tehnik HARS – A yang mengandung 14 item sebagai
berikut :
5.1.
Perasaan
cemas. Cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
5.2.
Ketegangan.
Merasa tegang, lesu, tidak
bisa istirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah.
5.3.
Ketakutan.
Pada gelap, pada orang lain, ditinggal sendiri, pada binatang atau besav, pada
keramaian lalu lintas, pada kerumunan orang banyak.
5.4.
Gangguan
tidur. Sukar masuk tidur, terbangun malam hari.
5.5.
Gangguan
kecerdasan. Sukar
konsentrasi, daya ingat buruk, daya ingat menurun.
5.6.
Perasaan
depresi. Hilangnya
minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, bangun tidur dalam perasaan
berubah – ubah.
5.7.
Gejala
somatik (otot). Sakit
dan nyeri otot – otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil.
5.8.
Gejala
sensorik. Tinritus (telinga berdenging, penglihatan kabur, muka merah atau
pucat, perasaan ditusuk – tusuk ).
5.9.
Gejala
kardio vaskuler (jantung dan pembuluh
darah). Denyut
jantung cepat, berdebar – debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lesu.
5.10.
Gejala
respiratori. Rasa
tertekan atau sempit didada.
5.11.
Gejala
gastrointestinal (pencernaan). Sulit menelan, perut mules, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan
sesudah makan, muah muntah, buang air besar lembek, konstipasi.
5.12.
Gejala
urogenital (perkemihan dan kelamin). Sering buang air kecil, tidak datang bulan, darah haid berlebihan,
darah haid sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid sangat pendek, haid
beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin (frigid), ejakulasi dini, ereksi
melemah, ereksi hilang.
5.13.
Gejala
otonom. Mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala pusing, kepala
terasa berat, kepala terasa sakit, bulu – bulu berdiri.
5.14.
Tingkah
laku. Gelisah, tidak
tenang, jadi gemetar, kerut kening, muka tegang, otot tegang atau mengeras,
nafas pendek dan cepat.
D.
Faktor-Faktor Kecemasan Ibu Hamil
1.
Umur
Kehamilan dan
persalinan yang dianggap aman pada umumnya pada umur antara 20 – 35 tahun.
Risiko kehamilan yang tinggi akan terjadi apabila seorang wanita mengalami
kehamilan dan melahirkan dibawah umur 20 tahun dan diatas 35 tahun (Depkes.RI,
2007). Hasil penelitian Susiaty (2008). menemukan bahwa selain usia kehamilan
penyebab kecemasan dapat dihubungkan dengan usia ibu yang memberi dampak
terhadap perasaan takut dan cemas yaitu di bawah usia 20 tahun serta di atas
31-40 tahun karena usia ini merupakan usia kategori kehamilan berisiko tinggi
dan seorang ibu yang berusia lebih lanjut akan menanggung risiko yang semakin
tinggi untuk melahirkan bayi cacat lahir
dengan sindrom down. Gangguan
kecemasan diperkirakan mengidap 1 dari 10 orang. Menurut data National
Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang
mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai usia lanjut (Pikirdong,
2008).
2.
Paritas
Winkjosastro H (2006) memberikan defenisi paritas yaitu
jumlah bayi yang dilahirkan baik lahir hidup maupun lahir mati dari seorang
ibu. Menurut Mannuaba. IBG (2006), ibu yang terlalu sering melahirkan mempunyai
risiko bagi kesehatannya dan juga bagi kesehatan anaknya. Karena pada ibu dapat
timbul kerusakan-kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi
sirkulasi nutrisi kejanin, dimana jumlah nutrisi akan berkurang. Sedangkan pada
bayi lanjut Mannuaba, dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan
janin yang kelak akan lahir dengan BBLR.
Persalinan kedua dan ketiga merupakan keadaan yang
relatif aman untuk melahirkan pada masa reproduktif, karena pada masa
persalinan tersebut keadaan patologis dimana dinding uterus belum banyak
mengalami perubahan, sedangkan pada persalinan lebih dari empat kali dapat
menyebabkan risiko, yaitu kerusakan pada pembuluh darah (Winkjosastro H, 2006).
Paritas dapat mempengaruhi kecemasan dimana paritas
merupakan faktor yang bisa dikaitkan dengan aspek psikologis. Pada
primigravida, belum ada bayangan menegenai apa yang akan terjadi saat
bersalin nanti dan ketakutan karena sering mendengar cerita mengerikan dari
teman atau kerabat tentang pengalaman saat melahirkan seperti sang ibu atau bayi meninggal dan ini akan mempengaruhi
ibu berpikiran proses persalinan yang menakutkan menurut psikolog Universitas
Padjadjaran Dra Sri Rahayu Astuti, M.si dan Psikolog Nungki Nilasari, S.Psi
dari RSB Permata Hati apalagi jika persalinan pertama si calon ibu tidak tahu
apa yang akan terjadi saat persalinan nanti, jangankan yang pertama pada
persalinan kelima pun masih wajar bila ibu merasa cemas atau khawatir (Amalia,
T, 2009). Sedangkan pada multigravida perasaannya terganggu diakibatkan karena
rasa takut, tegang dan menjadi cemas oleh bayangan rasa sakit yang dideritanya
dulu sewaktu melahirkan (Suara merdeka, 2008).
3.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah keseluruhan pikiran,
gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan
segala isinya termasuk manusia dan isinya. Pengetahuan adalah apa yang telah
diketahui, dan mampu diingat oleh setiap orang setelah mengalami, menyaksikan,
mengamati atau diajarkan sejak lahir sampai dewasa khususnya setelah ia diberi
pendidikan baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal.
Pendidikan non formal seperti penyuluhan, demonstrasi, kursus-kursus dan lain
sebagainya. Pengetahuan adalah proses kegiatan mental
yang dikembangkan melalui proses kegiatan pada umumnya sebagai aktivitas
kognitif.
Pengetahuan atau kognitif adalah hasil tahu
yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
yang sebagian besar diperoleh melalui indera mata dan telinga. Pengetahuan ini
merupakan bagian yang penting dalam membentuk perilaku seseorang. Oleh karena
itu dapat dikatakan bahwa pengetahuan seorang remaja tentang dampak perilaku
seksual pranikah adalah merupakan hasil tahu setelah melakukan berbagai
penginderaan terhadap sejumlah obyek yang berkaitan dengan dampak perilaku
seksual pranikah.
Menurut Notoatmodjo. S (2003) pengetahuan dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu: (1) tahu (know), (2) memahami
(comprehension), (3) aplikasi (application),
(4) analisis (analysis), (5) sintesis
(synthesis), (6) evaluasi
(evaluation). Tingkatan pertama adalah tahu
(know) diartikan sebagai
mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk kedalam
pengetahuan ini adalah tingkat mengingat kembali (recell) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tingkatan kedua adalah
memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterprestasi materi tersebut dengan benar. Tingkatan ketiga (application)
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi sebenarnya.
Tingkatan adalah analisis ( analysis) yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau salah satu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lainnya.
Tingkatan kelima adalah sintesis (synthesis) menunjukkan kepada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Tingkatan yang
tertinggi adalah evaluasi (evaluation)
berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian
terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo. S,2003).
Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya pengetahuan dalam diri seseorang adalah : (1)
pendidikan , (2) sumber informasi ,( 3) pengalaman. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari
pengalaman, media, dan lingkungan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka
semakin luas pengetahuannya. Pelaksanaan bentuk pendidikan ini antara lain
dengan metode penyuluhan, seminar, diskusi, dan lain-lain. Sumber informasi
juga mempengaruhi pengetahuan, baik dari orang maupun media.
4.
Pendamping persalinan
Pendamping
persalinan merupakan faktor pendukung dalam lancarnya persalinan, karena efek perasaan wanita terhadap
persalinan yang berbeda berkaitan dengan persepsinya orang yang mendukung, dari
orang terdekat dapat mempengaruhi kecemasan ibu (Henderson, 2005). Setelah
melalui banyak penelitian, terungkap bahwa kehadiran suami di ruang bersalin
untuk memberi dukungan kepada istri dan membantu proses persalinan, ternyata
banyak mendatangkan kebaikan bagi proses
persalinan. Kehadiran suami disamping istri membuat istri merasa lebih tenang
dan siap menghadapi proses persalinan ( Musbikin, 2007).
Kemajuan
persalinan dapat difasilitasi apabila wanita merasa aman, dihormati terhadap
keamanannya oleh pasangannya atau orang
yang dicintainya berperan penting atas perasaan tersebut. Sebaliknya, perasaan
malu atau tidak berharga, merasa diawasi, merasa dalam bahaya, merasa
diperlakukan tanpa hormat, merasa diabaikan atau dianggap remeh, dapat memicu
reaksi psikobiologis yang mengganggu efisiensi kemajuan persalinan (Simkin,P,
2005).
E.
Hasil-Hasil
Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang
relevan untuk pembanding penelitian ini sebagai berikut:
1.
Sekardiano. NLP (2006) penelitian
tentang “Hubungan Antara Pengetahuan
tentang Proses Persalinan dengan Tingkat Kecemasan Persalinan di Wilayah
Puskesmas Kerambitan II Tabanan Bali”. Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan
antara pengetahuan ibu hamil tentang proses persalinan dengan tingkat kecemasan
menghadapi persalinan, dengan hasil uji statistik : correlation coefficien sebesar 0,327 nilai signifikan sebesar 0,031
pada taraf kepercayaan 0,05.
2.
Hasil penelitian Ghofur. A dan
Purwoko. E (2007) tentang Pengaruh
Teknik Nafas Dalam Terhadap Perubahan Tingkat Kecemasan Pada Ibu Bersalin Kala
1 di Pondok Bersalin Ngudi Saras Trikilan Kali Jambe Sragen” bahwa hasil
penelitiannya berdasarkan umur responden 26-30 lebih banyak mengalami tingkat
kecemasan berat yaitu (42,33%) sedangkan pada umur yang lebih tua 31-35 tahun
mengalami kecemasan sedang(16,67%). Primigravida tingkat kecemasannya lebih
tinggi 41,33% dibanding persalinan multigravida 33,33%.
3.
Hasil penelitian dari Simamora. IR (2008) tentang ” Karakteristik Ibu Hamil Yang
Berhubungan Dengan Kecemasan Menjelang Persalinan di RSU Haji Adam Malik Medan
Tahun 2008”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan umur ibu dengan
tingkat kecamasan dengan hasil uji statistik correlation coefficien sebesar 0,421 nilai signifikan sebesar 0,022
pada taraf kepercayaan 0,05. Ada hubungan peritas dengan tingkat kecamasan
dengan hasil uji statistik correlation coefficien sebesar 0,242 nilai signifikan sebesar 0,012
pada taraf kepercayaan 0,05.
F.
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.
Dasar pemikiran variabel diteliti
Sebagaimana telah dijelaskan dalam latar belakang bahwa penelitian ini berupaya untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu hamil menjelang
persalinan. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang berhubungan dengan
kecemasan ibu hamil menjelang persalinan adalah umur, paritas dan pengetahuan.
Kaitan ketiga faktor tersebut dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.1.
Usia ibu <
20 tahun dan ≥ 35 akan memberi dampak terhadap perasaan takut dan cemas
menjelang persalinan, karena usia ini merupakan usia kategori kehamilan
berisiko tinggi dan seorang ibu yang berusia lebih lanjut akan menanggung
risiko yang semakin tinggi untuk melahirkan bayi cacat lahir.
1.2.
Pada ibu yang
baru pertama kali melahirkan, belum ada bayangan mengenai apa yang akan terjadi
saat bersalin dan ketakutan karena sering mendengar cerita mengerikan dari
teman atau kerabat tentang pengalaman saat melahirkan seperti sang ibu atau bayi meninggal dan ini akan mempengaruhi
mindset ibu mengenai proses persalinan yang menakutkan.
1.3.
Pengetahuan tentang persalinan dapat mempengaruhi
kecemasan ibu hamil menjelang persalinan, karena pada ibu yang memiliki
pengetahuan kurang akan memandang proses persalinan sebagai sesuatu yang
menakutkan.
1.4.
Pendamping persalinan merupakan faktor pendukung dalam
lancarnya persalinan, karena efek
perasaan wanita terhadap persalinan yang berbeda berkaitan dengan persepsinya
orang yang mendukung, dari orang terdekat dapat mempengaruhi kecemasan
ibu dapat mempengaruhi kecemasan ibu hamil menjelang persalinan, karena pada
ibu yang memiliki pengetahuan kurang akan memandang proses persalinan sebagai
sesuatu yang menakutkan.
2.
Hipotesis penelitian
2.1.
Ho : tidak ada
hubungan umur dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
Ha
: ada hubungan umur dengan
kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di wilayah kerja Puskesmas Guali
Kabupaten Muna tahun 2011.
2.2.
Ho : tidak ada
hubungan paritas dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di wilayah
kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
Ha
: ada hubungan paritas dengan
kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di wilayah kerja Puskesmas Guali
Kabupaten Muna tahun 2011.
2.3.
Ho : tidak ada
hubungan pengetahuan tentang persalinan dengan kecemasan ibu hamil menjelang
persalinan pertama di wilayah kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
Ha
: ada hubungan pengetahuan
tentang persalinan dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan pertama di
wilayah kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
2.4.
Ho : tidak ada
hubungan pendamping persalinan dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan
di wilayah kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
Ha
: ada hubungan pendamping
persalinan dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu
suatu jenis penelitian dimana antara variabel bebas dan variabel terikat
datanya dikumpul secara bersamaan pada waktu yang sama (Murti.B, 2006).
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan selama
satu bulan yaitu pada bulan Mei 2011 bertempat di wilayah kerja Puskesmas Guali
Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu primigravida trimester
III yaitu sebanyak sebesar 167
orang.
2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah ibu primigravida trimester III.
2.1.Metode pengambilan sampel
Cara pengambilan sampel menggunakan metode
aksidental sampling yaitu siapa saja ibu hamil trimester III yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dijadikan sampel sampai (Sugiono, 2006).
2.2.Besar sampel
Besar
sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan formula sebagai
berikut:
(Notoatmodjo.S, 2002)
Keterangan :
n :
Jumlah sampel
N : Jumlah
populasi
d : Penyimpangan terhadap populasi atau derajat
ketepatan yang diinginkan (0,05 atau 0,1)
Sehingga didapatkan :
n : 62,54 atau 63 orang
(dibulatkan)
D.
Variabel Penelitian, Defenisi Operasional dan
Kriteria Objektif
1.
Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang,
objek, kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
1.1.
Variabel independent
Variabel independent adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependent.Variabel independent yang
diteliti terdiri dari umur, paritas, pengetahuan tentang persalinan dan
pendamping persalinan.
1.2.
Variabel dependent
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel independent. Variabel dependent dalam penelitian
ini adalah kecemasan menjelang persalinan.
2.
Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
No
|
Variabel
|
Defenisi
Operasional
|
Alat Ukur
|
Cara Ukur
|
Hasil Ukur
|
Skala
|
1
|
Kecemasan
|
Gangguan perasaan ibu
hamil yang ditandai dengan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan dalam menyosngosng persalinan yang diukur dengan skala HARS
(Hawari, 2006)
|
Kuesioner
|
Hitung
|
1. Tidak cemas
(bila total skor < 6)
2.
Cemas (bila total skor ≥ 6 )
|
Nominal
|
2
|
Umur
|
Lamanya ibu hidup dihitung sejak lahir sampai saat
anak dilahirkan
|
Kuesioner
|
Hitung
|
1. <20 dan >35 tahun
2. 20 - 35 tahun
|
Nominal
|
3
|
Paritas
|
Jumlah bayi yang dilahirkan oleh responden (ibu)
baik lahir mati maupun lahir hidup
|
Kuesioner
|
Hitung
|
1.
Primigravida (wanita yang baru hamil untuk pertama kalinya)
2.
Multigravida (ibu yang sudah hamil atau sedikitnya telah hamil lebih
dari dua kali)
|
Nominal
|
4
|
Pengetahuan
|
Sekumpulan informasi mengenai
persalinan yang diketahui responden
|
Kuesioner
|
Hitung
|
1. Cukup (bila total skor jawaban responden ≥ 60%)
2. Kurang (bila total skor jawaban responden <
60%)
|
Nominal
|
4
|
Pendamping persalinan
|
Orang yang mendampingi
responden pada saat melahirkan
|
Kuesioner
|
Hitung
|
1.
Suami
2.
Bukan suami
|
Nominal
|
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder. Data primer yaitu mengenai umur, paritas, pengetahuan
tentang persalinan dan pendamping persalinan sedangkan data sekunder yaitu cakupan kematian
maternal dan jumlah ibu hamil trimester III .
2. Cara pengumpulan data
Pengumpulan
data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan
karakteristik yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2008). Pengumpulan
data ini terdiri dari:
1.1. Data primer
Data
primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui wawancara dengan responden
dengan menggunakan kuesioner.
1.2. Data sekunder
Data sekunder
diperoleh dengan melihat dokumen berupa profil kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten Muna, Puskesmas Guali.
F. Pengolahan dan Analisis Data
1.
Pengolahan data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh data
atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan
rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2007).
Pengolahan data dilakukan dengan cara:
1.1. Koding
Koding
adalah melakukan pengkodean data agar tidak terjadi kekeliruan dalam melakukan
tabulasi data. Koding butir jawaban dengan menggunakan penilaian. Nilai satu untuk jawaban yang positif dan nilai nol untuk
jawaban yang negatif.
1.2.
Editing
Editing
adalah menyeleksi data yang telah didapat dari hasil wawancara untuk
mendapatkan data yang akurat.
1.3. Skoring
Skoring
adalah proses penjumlahan untuk memperoleh total skor dari setiap butir pertanyaan.
1.4.
Tabulating
Tabulasi
data adalah penyusunan data sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam
penjumlahan data dan disajikan dalam bentuk tulisan.
2.
Analisis data
2.1.
Univariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui, frekuensi,
distribusi dan proporsi variabel bebas terhadap variabel terikat dengan
menggunakan statistik deskriptif.
2.2. Bivariat
Analisis
ini digunakan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel
terikat dengan menggunakan rumus Chi
Kuadrat sebagai berikut:
(Riduwan & Sunarto,
2007)
Keterangan :
X2 : Chi kuadrat
Fo : Frekuensi yang diobservasi
Fh : Frekuensi yang diharapkan
å : Sigma
Untuk lebih jelasnya dapat
diuraikan pada tabel kontingensi 2 x 2 dibawah ini.
Variabel
Independent
|
Variabel
Dependent
|
Jumlah
|
|
Positif
|
Negatif
|
||
Positif
|
a
|
b
|
a + b
|
Negatif
|
c
|
d
|
c + d
|
Jumlah
|
a + c
|
b + d
|
a + b + c + d
|
Keterangan:
a : jumlah variabel dependent positif dengan
variabel independent positif
b : jumlah variabel dependent negatif
dengan variabel independent positif
c : jumlah variabel dependent positif dengan variabel independent negatif
d : jumlah variabel dependent negatif
dengan variabel independent negatif
Kaidah keputusan:
Ho
diterima dan Ha ditolak, jika X2 hitung < X2 tabel
Ha diterima dan Ho ditolak,
jika X2 hitung > X2 tabel dengan tingkat kemaknaan
(α = 0, 05) (Murti.B, 2006). Artinya peneliti bersedia menanggung risiko
kesalahan sebesar 5% untuk secara salah menolak Ho, ketika sesungguhnya Ho yang
benar.
2.3.
Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui
besarnya peluang secara simultan variabel
bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan rumus regresi logistik
sebagai berikut :
Keterangan :
p
:
peluang kecemasan
βo
:
konstanta
β1 : koefisien kecemasan
Xji : umur
Xj2 : paritas
Xj3 : pengetahuan
Xj4 : pendamping persalinan
G.
Penyajian Data
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk
tabel dan gambar disertai dengan narasi secukupnya (parameter kunci) (STIK
Avicenna, 2008).
H.
Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti
memandang perlu adanya rekomendasi pihak institusi atas pihak lain dengan
mengajukan permohonan izin kepada intansi tempat penelitian dalam hal ini pihak
Puskesmas Guali. Setelah mendapat persetujuan, barulah dilakukan penelitian
dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi:
1.
Informed concent
Lembar
persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi
kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila
subyek menolak maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan tetap
menghormati hak-hak subyek.
2.
Anonimity
Untuk
menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada
kuesioner, tetapi pada kuesioner tersebut diberikan kode responden.
3.
Konfidentiality
Kerahasiaan
informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja
yang dilaporkan sebagai hasil penelitian (Nursalam, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Alwi. Q, 2006. Faktor-Faktor
Yang Berpotensi Mempengaruhi Kematian Ibu di Kota Palembang & Kabupaten
Mura Sumatera Selatan. Media Litbangkes XVI, Nomor 2, hlm 7 – 15.
Amalia, T, 2009. (http://titian
amalia.wordpress.com, diakses tanggal 25 Oktober 2009).
Astuti.SR,2008. Kecemasan
Ibu Hamil Dalam
Menghadapi Persalinan (online)
(http://ibudanbalita.com, diakses 2 Januari 2010).
Depkes.RI, 2007. Tingkat Kecemasan Pada Ibu Multigravida (online) (http://ibudanbalita.com, diakses 2 Januari
2010).
Dinkes Sultra, 2008. Profil Kesehatan, Kendari
Dinkes Kab. Muna, 2008. Profil Kesehatan, Raha
Kompas,23/7/2007. Angka Kematian
Ibu di Indonesia Masih Tinggi
Ghofur. A dan Purwoko. E, 2007. Pengaruh Teknik Nafas Dalam Terhadap
Perubahan Tingkat Kecemasan Pada Ibu Bersalin Kala 1 di Pondok Bersalin Ngudi
Saras Trikilan Kali Jambe Sragen. Skripsi FKM
Undip Dipublikasikan, Semarang.
Hawari.
D, 2006. Tingkat Kecemasan Pada Penderita Szhizophrenia (online)
(http://ibudanbalita.com, diakses 2 Januari 2010).
Henderson,2005. Ibu Melahirkan
Didampingi Suami Dapat Mengurangi Tingkat Kecemasan (online) (http://www.klikdokter.com, diakse 11 Januari
2010).
Kaplan &
Saddock, 2007. Tingkat Kecemasan
Pada Ibu Multigravida (online)
(http://ibudanbalita.com, diakses 2 Januari 2010).
Lazarus, 2007. Tingkat Kecemasan (online)
(http://www.klikdokter.com, diakse 11 Januari 2010).
Leary, 2007
Tingkat Kecemasan Pada Ibu
Primigravida Menjelang Persalinan (online) (http://ibudanbalita.com,
diakses 2 Januari 2010).
Manuaba.
IBG, 2006. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Edisi Revisi, EGC, Jakarta.
Mochtar.R,2006.
Sinopsis Obstetri, Obstetri Operati Obstetrisional. Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Musbikin, 2007. Ibu Melahirkan
Sebaiknya Didampingi Suami (online) (http://www.klikdokter.com, diakse 11
Januari 2010).
Murti.B, 2006. Desain & Ukuran Sampel Untuk
Penelitian Kuantitatif & Kualitatif di Bidang Kesehatan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Notoatmodjo. S, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Chipta, Jakarta.
_________, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Chipta, Jakarta.
Nursalam, 2008. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis & Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika; Jakarta.
Pikirdong, 2008. (http://www.pikirdong.org, diakses tanggal 28-10-2009).
Puskesmas Guali, 2010. Profil Kesehatan
Riduwan &
Sunarto, 2007. Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial,
Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis, Alfabeta, Bandung.
Sarafino, 2006. Tingkat Kecemasan (online) (http://www.klikdokter.com, diakse 11 Januari 2010).
Sarwono. P, 2006. Ilmu Kebidanan. EGC, Jakarta.
Sekardiana, NLP, 2006. Hubungan
Antara Pengetahuan tentang Proses
Persalinan dengan Tingkat Kecemasan Persalinan di Wilayah Puskesmas Kerambitan
II Tabanan Bali.
Skripsi FKM Unair
Dipublikasikan, Surabaya.
Setiadi, 2007. Konsep
& Penulisan Riset Keperawatan.
Graha Ilmu; Yogyakarta.
Simamora. IR, 2008. Karakteristik
Ibu Hamil Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Menjelang Persalinan di RSU Haji
Adam Malik Medan Tahun 2008. Skripsi FKM USU Tidak
Dipublikasikan, Medan.
STIK Avicenna, 2008. Peraturan & Kode Etik Akademik,
Kendari.
Stuart and Sundeen, 2008 . Tingkat Kecemasan (online) (http://www.klikdokter.com, diakses 11 Januari 2010).
Suara Merdeka, 2004. (http://www.suara merdeka.com, diakses 15 Oktober 2009).
Susiaty, 2008. (http://library.gunadarma.ac.id diakses tanggal 28 Oktober 2009).
Uyanto.SS, 2006. Pedoman
Analisis Data Dengan SPSS. Graha Ilmu, Yogyakarta.
WHO, 2008. Mengenai Masalah
Kematian Ibu, Modul I J Jakarta.
Wiknjosastro, 2006. Ilmu
Kebidanan. Edisi Ketiga. Cetakan Keempat. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, Jakarta.
No comments:
Post a Comment
Please comment here!