BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Upaya peningkatan kesehatan ibu telah dilakukan, baik
ditingkat nasional maupun internasional, Di tingkat internasional (WHO)
memperkirakan 585.000 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi
kehamilan dan persalinan. Dimana saat ini tengah digalakkan program Innitiatives
for Maternal Mortality Program Assesment (IMMPACT) atau inisiatif program
penilaian penurunan kematian ibu yang bertujuan mencari diantara strategi
interaksi yang sudah ada, strategi manakah yang paling efektif dan cost efektif
untuk menurunkan kematian ibu diberbagai situasi sosial dan budaya di negara
berkembang dan menilai implikasi dan strategi tersebut terhadap pemerataan dan
kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan neonatal (UNICEF, 2000) dalam
(Masrianto. I, 2001). Dasuki (2000) mengemukakan bahwa di dunia ini setiap unit
seorang perempuan meninggal karena komplikasi dan persalinan. Dengan kata lain
1400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000, perempuan
meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan.
Di Indonesia, upaya meningkatkan kesehatan ibu dilakukan
dengan melengkapi fasilitas pelayanan kesehatan sehingga mampu menyediakan
pelayanan dasar kebidanan seperti transfusi darah, anestesi dan operasi, Strategi
Making Pregnancy Safer (MPS) atau kehamilan yang aman sebagai kelanjutan
dari program Safe Mother Hood (SMH) telah dicanangkan dengan tujuan
untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian ibu dan meningkatkan akses
dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi, Namun angka kematian ibu penurunannya
masih relatif lambat(SDKI 2002-2003 ). Saat ini di Indonesia, AKI masih
tergolong tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) menjadi
284 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (Depkes RI, 2007). Pada tahun
2008 angka kematian Ibu cukup tinggi 6-8 per 1000 kelahiran hidup (Wijdosastro,
2008). Dukungan suami terhadap istri selama hamil sebesar 38% dan yang tidak
mendukung sebesar 46% sedangkan target dukungan suami sekitar 85 % (Mersi
Lusianawaty tahun 2003).
Dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya,
misalnya saja di Vietnam memiliki AKI 200 per 100.00 kelahiran hidup, di
Singapura 5 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Malaysia 69 per 100.000
kelahiran hidup dan di Philipina 142 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan
untuk Indonesia Sehat 2010, AKI menurun menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup
(Harian Kompas, 23/7/2007).
Walaupun telah terjadi penurunan angka kematian ibu yang
cukup berarti yaitu sekitar 520 per 100.000 kelahiran hidup sekitar 35 tahun
yang lalu menjadi 290 per 100.000 (Survei Kesehatan Rumah Tangga, 1994) namun
angka ini masih cukup tinggi bahkan tertinggi di lingkungan Asia Tenggara
(Dwiaty, Walukono & Komala, 2000). Fakta lain menunjukkan bahwa di
Indonesia, dua orang ibu meninggal setiap jam karena kehamilan, persalinan dan
nifas. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan K-1 dan K-4 salah
satunya adalah kurangnya dukungan suami terhadap isteri dalam memeriksakan
kehamilannya terhadap petugas kesehatan yang berdampak pada rendahnya keinginan
ibu untuk memanfaatkan fasilitas Antenatal Care (ANC) (Hakimi, 1997).
Menurut Farrer (2001) frekuensi kunjungan ibu hamil untuk
memanfaatkan fasilitas Antenatal Care tergantung pada dukungan lingkungan
sosialnya, terutama dukungan suami. Friedman (2001) mengemukakan bahwa ikatan
suami isteri yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah,
karena suami atau isteri sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Dukungan
tersebut akan tercipta apabila hubungan
interpersonal keduanya baik. Di daerah pedesaan suami sangat berperan dalam
proses pengambilan keputusan dalam suatu keluarga, sedangkan isteri hanya
bersifat membantu dengan memberikan sumbang saran (Widjosastro, H: 2003).
Pentingnya pelayanan ANC secara teratur sebenarnya bukan hanya
untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun untuk kesejahteraan janin. Untuk ibu
misalnya berguna unutk mendeteksi dini jika ada komplikasi kehamilan, sehingga
dapat segera mengobatinya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan selama
kehamilan, mempersiapkan mental dan fisik dalam menghadapi persalinan,
mengetahui berbagai masalah dengan kehamilan, sehingga dapat segera ditentukan
pertolongan persalinan yang aman. (Mediana, 2007). Sedangkan untuk bayi
pemeriksaan itu pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin dan mencegah
janai lahir prematur, bayi berat badan lahir rendah,lahir mati, ataupun
mengalami kematian saat baru lahir.
Di Sulawesi Tenggara, untuk menurunkan angka kematian ibu
telah dilakukan pelatihan bidan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan ibu
terdepan melalui proyek Health Mothers Healthy Babies (HMHB), penyediaan
fasilitas pelayanan antenatal care di Polindes, Pustu, Puskesmas dan rumah
sakit, namun penurunan angka kematian ibu masih relatif lambat. Hal tersebut
disebabkan karena tingginya komplikasi obstetri. Misalnya saja pada tahun 2003,
penyebab kematian ibu pasca persalinan sebesar 52%, eklmasia 13%, infeksi 5%
dan lain-lain 30%. Di sisi lain, kemauan ibu untuk memanfaatkan pelayanan
antenatal care di sarana-sarana kesehatan masih relatif rendah. Hal ini
tercermin untuk Sulawesi Tenggara kunjungan (K-1) tahun 2006 sebesar 84,22%,
kemudian kunjungan ibu hamil lama (K-4) sebesar 75,21%, target cakupan K-1
sebesar 97,9% dan K-4 minimal 88,6%, sasaran ibu hamil sekitar 96.072 orang. Untuk
tahun 2007 kunjungan K-1 sebesar 79,73%, untuk K-4 sebesar 72,75%. untuk target
K-1 Minimal 90%, untuk K-4 minimal 84,8%, sasaran sekitar 59,281 orang. Tahun
2008 kunjungan K-1 sekitar 31,88%, K-4 75,73%, target K-1 minimal 86%, K-4
95,6%. Untuk sasaran ibu hamil sekitar 2.122 orang. (Profil Dinkes Provinsi
Sultra, 2006-2008),
Untuk Kota Kendari tahun 2006 cakupan K-1 sekitar 91,30%,
dan K-4 sebesar 82,45 %, target K-1
minimal 99,8% K-4 95% dan sasaran 6.688 orang, untuk tahun 2007 cakupan K-1
yaitu sekitar 57,17% dan K-4 78,31% sera target K-1 minimal 82,6%, K-4 90,4%,
sasaran ibu hamil 9528 orang, untuk tahun 2008 cakupan K-1 yaitu sekitar 80,4%,
K-4 72,88% dan target K-1 minimal 90% dan K-4 minimal 80,8%, sasaran ibu hamil
sebesar 6.704 orang (Profil Dinkes Kota Kendari, 2006-2008),
Di wilayah kerja Puskesmas Mata, cakupan K-1 untuk tahun
2006 sekitar 76,2% dan K-4 sebesar 46%, dan target K-1 82%, K-4 94%, untuk
sasaran ibu hamil 439 orang kemudian untuk tahun 2007 cakupan K-1 sekitar 52%,
K-4 46% target K-1 90%, K-4 96%. Sasaran ibu hamil 656 orang. Untuk tahun 2008
cakupan K-1 71%, K-4 90% target K-1 80%, K-4 99,6% sasaran ibu hamil 597
orang jauh lebih rendah dari Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kota Kendari yang telah ditetapkan yakni
95%. Angka tersebut menunjukkan bahwa frekuensi ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilannya masih tergolong rendah. (Data Puskesmas Mata Kecamatan Kendari
Kota Kendari , 2006-2008),
Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk
melaksanakan penelitian tentang “Hubungan Dukungan Psikologis Dan Sosial Suami
Terhadap Kunjungan Antenatal Care di Wilayah
Kerja Puskesmas Mata kecamatan kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi
tenggara Tahun 2009”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah“ Apakah ada hubungan antara dukungan psikologis
dan sosial suami terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata Kecamatan Kendari Kota
Kendari Provinsi Sulawesi tenggara Tahun 2009”?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Umum
Untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami terhadap
kunjungan Antenatal Care di Wilayah
Kerja Puskesmas Mata Kecamatan Kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009.
2.
Khusus
a.
Untuk mengetahui hubungan antara dukungan psikologis suami terhadap kunjungan Antenatal Care di
Wilayah Kerja Puskesmas Mata kecamatan
kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi tenggara Tahun 2009.
b.
Untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial suami
terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah
Kerja Puskesmas Mata kecamatan kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi
tenggara Tahun 2009.
c.
Untuk mengetahui hubungan suami yang dominan antara
dukungan psikologis dan sosial terhadap kunjungan Antenatal Care di
Wilayah Kerja Puskesmas Mata kecamatan
kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi tenggara Tahun 2009.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu kesehatan
masyarakat khususnya dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan dapat
merupakan referensi untuk peneliti selanjutnya.
2.
Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak Puskesmas
Mata dalam rangka meningkatkan pelayanan Antenatal Care.
3.
Manfaat Bagi peneliti
Bagi penulis, penelitian ini merupakan proses belajar menemukan kebenaran
pengetahuan dan menambah wawasan pengetahuan tentang pemanfaatan Antenatal
Care.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Telaah Pustaka
- Tinjauan Tentang Dukungan Suami
a.
Pengertian
Terdapat banyak defenisi tentang dukungan yang
dikemukakan oleh para ahli. Sheri dan Radmacher (2000) menekankan pengertian
dukungan sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain “support
is the resource to us thorough our interaction with other people”. Pendapat
lain dikemukakan oleh Siegel dalam Taylor (2001) yang menyatakan bahwa dukungan
adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki
harga diri dan dihargai serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan
kewajiban bersama.
Dari beberapa defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa dukungan suami adalah ketersediaan sumber daya yang diberikan oleh suami
terhadap isterinya baik berupa kenyamanan fisik dan psikologis yang diperoleh
melalui pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan dan disayangi.
Dukungan sosial dari keluarga dan suami sangat berpengaruh terhadap proses
kehamilan seorang ibu, jika kehamilan disertai dengan dukungan penuh dari suami
dan keluarga, maka proses kehamilan akan berjalan dengan baik yang secara tidak langsung akan mempengaruhi
kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Kehamilan akan memberi dampak
terhadap kelangsungan kehidupan keluarga, baik berupa penambahan biaya,
pengurangan atau penambahan beban pekerjaan, perubahan jasmani dan pengurangan
frekuensi hubungan dengan orang lain yang kesemua itu akan menimbulkan stress
bagi ibu hamil.
Terjadinya pola kehidupan sehari-hari yang disertai
dengan labilitas emosional yang terjadi sampai batas tertentu karena perubahan
hormon dan kebutuhan psikologis di dalam tubuhnya. Permasalahan yang timbul
dapat diatasi oleh ibu seorang diri tetapi harus didukung oleh orang
disekelilingnya terutamanya suaminya (Farrer, 2001).
Bagi ibu pekerja tidak ada halangan untuk melaksanakan pekerjaan secara
rutin. Ibu hamil masih dapat bekerja menjelang persalinan sehingga untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan di Wilayah
Kerja Puskesmas atau Posyandu bukanlah halangan selama hal-hal yang
bersifat membahayakan kehamilan dapat dicegah atau dihindari. Ibu hamil
dianjurkan untuk dapat mengatur waktu istirahat dengan diet yang baik serta
memeriksakan kehamilan secara teratur. Oleh karena itu dukungan suami sangat
dibutuhkan untuk proses kehamilan yang
aman (Mannuaba, 1999).
Dukungan dan partisipasi pria sangat dibutuhkan oleh
seorang istri pada saat hamil, antara lain suami harus dapat menghindari 3T
yaitu (a) terlambat mengambil keputusan, (b) terlambat ke tempat pelayanan
kesehatan dan (c) terlambat memperoleh pelayanan medis. Seorang suami hendaknya
waspada dan berjaga-jaga serta bertindak jika melihat adanya tanda-tanda bahaya
dalam kehamilan (BKKBN, 2007).
Untuk menghindari tingginya AKI yang disebabkan oleh komplikasi akibat
kehamilan (perdarahan, infeksi dan lain-lain), maka partisipasi suami sangat
diharapkan dan salah satunya harus diwujudkan dalam bentuk suami SIAGA yaitu :
1)
Siap, suami hendaknya waspada dan bertindak atau
mengantisipasi jika melihat adanya tanda bahaya kehamilan seperti sering
pusing, mual, muntah berlebihan, bengkak pada wajah dan tungkai dan
komplikasi-komplikasi lainnya. Seorang suami hendaknya jeli dan berperan aktif
dalam mencari informasi-informasi kesehatan khususnya informasi kesehatan ibu
hamil agar suami lebih mudah untuk mengontrol kehamilan isterinya.
2)
Antar, suami hendaknya senantiasa menyediakan angkutan yang
akan dipakai menuju sarana pelayanan kesehatan agar bila terjadi komplikasi
dalam proses kehamilan dan persalinan istrinya, suami dapat mengantar langsung
isterinya ketempat pelayanan kesehatan serta mengurangi keterlambatan tiba di
sarana kesehatan.
3)
Jaga, suami hendaknya selalu mendampingi isteri selama
proses kehamilan sampai persalinan. Seorang isteri akan merasa senang dan lebih
semangat dalam menjalani kehamilannya apabila ditemani oleh suaminya, karena ia
akan merasa diperhatikan dan disayangi oleh suaminya (Handayani, 2000).
b.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Suami Dalam Masa
Kehamilan Istri
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dukungan suami
dalam masa kehamilan isterinya dapat diuraikan di bawah ini :
1)
Dukungan psikologis
Dukungan psikologis adalah suatu sikap yang memberikan
dorongan dan penghargaan moril kepada ibu selama masa kehamilannya, misalnya
suami sangat membantu ketenangan jiwa isterinya, suami mendambakan bayi dalam
kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kehamilan, suami tidak
menyakiti istri, suami menghibur atau menenangkan ketika ada masalah yang
dihadapi isteri, suami berdoa untuk kesehatan atau keselamatan istri dan
anaknya (Retnowati, 2005).
2)
Dukungan sosial
Dukungan sosial adalah suatu sikap dengan cara memberikan
kenyamanan dan bantuan secara fisik atau nyata kepada ibu selama masa
kehamilannya, misalnya suami memperhatikan kesehatan isteri yakni menanyakan
keadaan istri atau janin yang dikandungnya, suami mengantar atau menemani istri
memeriksakan kehamilannya, suami menasihati agar isteri tidak terlalu lelah
bekerja di rumah atau di tempat kerja dan suami membantu tugas istri (Yanuasti,
2001). Dukungan sosial juga di sebut
sebgai Dukungan instrumental yaitu
bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat fasilitas atau materi
misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan, memberikan uang, memberikan
makanan, permainan atau bantuan yang lain. Aspek ini di dukung oleh Smet (1995) dan Taylor (1995) dimana bantuan instrumental
ini berupa dukungan materi seperti benda atau barang yang dibutuhkan oleh orang
lain dan bantuan finansial untuk biaya pengobatan, pemulihan maupun biaya hidup
sehari-hari selama seseorang tersebut belum dapat menolong dirinya sendiri.
3)
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan
pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga semakin rendah pengetahuan suami
maka akses terhadap informasi kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami
akan kesulitan akan mengambil keputusan secara efektif. Akhirnya pandangan baru
yang perlu diperkenalkan dan disosialisasikan kembali untuk memberdayakan kaum
suami mendasarkan pada pengertian bahwa suami memainkan peranan yang sangat
penting, terutama dalam pengambilan keputusan berkenan dengan kesehatan
reproduksi pasangannya ( Hasriyanti, 2005)
4)
Pendapatan
Pada masyarakat kebanyakan 75%-100% penghasilannya
dipergunakan untuk membiayai keperluan hidupnya bahkan banyak keluarga rendah
yang setiap bulan bersaldo rendah sehingga pada akhirnya ibu hamil tidak
diperiksakan ke pelayanan kesehatan karena tidak mempunyai kemampuan untuk
membayar. Atas dasar faktor tersebut maka diatas maka prioritas kegiatan GSI
ditingkat keluarga dalam pemberdayaan suami tidak hanya terbatas pada kegiatan
yang bersifat anjuran saja seperti yang selama ini akan tetapi akan bersifat
holistik. Secara kongkrit dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan suami perlu
dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga kepala keluarga tidak
mempunyai alasan untuk tidak memperhatikan kesehatan karena permasalahan keuangan
(Yanuasti, 2001).
5)
Budaya
Diberbagai wilayah Indonesia terutama di dalam masyarakat
yang masih tradisional menganggap istri adalah konco wingking, yang artinya
bahwa kaum wanita tidak sederajat dengan kaum pria, dan wanita hanyalah
bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan seperti
ini mempengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi istri, misalnya
kualitas dan kuantitas makanan yang lebih baik, baik dibanding isteri maupun
anak karena menganggap suamilah yang mencari nafkah dan sebagai kepala rumah
tangga sehingga asupan zat gizi mikro untuk istri kurang, suami tidak empati
dan peduli dengan keadaan ibu yang sedang hamil maupun menyusui anak dan
lain-lain.
Beberapa cara merubah budaya diatas antara lain :
a)
Persepsi mengenai keseteraan gender perlu diberikan dan
disosialisasikan sejak dini melalui kegiaatan formal (sekolah) maupun non
formal (kelompok masyarakat) dan diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari.
b)
Penyuluhan pada sarana maupun tempat dimana pria selalu
berkumpul dan berinteraksi misalnya tempat kerja, tukang cukur, dan lain-lain.
c)
Memberikan informasi sesering mungkin dengan stimulasi
yang menarik perhatian
d)
Masyarakat indonesia pada umumnya masih mempunyai
perasaan malu dan sungkang pada lingkungan sekitar, oleh karena itu dalam
pemeriksaan GSI perlu dipikirkan sesuatu aturan atau kegiatan yang dapat
memotivasi kepala keluarga untuk segera merearisasikan kepedulian kepada istrinya
(Yusrianti, 2001)
- Tinjauan Tentang Antenatal Care
Antenatal Care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
profesional (dokter spesialis, kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan
dan perawat bidan), untuk ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar
internasional yang meliputi 7T yaitu (1) timbang berat badan ukur tinggi badan,
(2) ukur tekanan darah, (3) pemberian imunisasi tetanus neonatorum, (4) ukur
tinggi fundus uteri, (5) pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa
kehamilan, (6) test pemeriksaan penyakit menular seksual (7) temuwicara
(Saifuddin dkk, 2001).
Penetapan standar 7 T harus dipenuhi dengan minimal empat
kali kunjungan dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali triwulan
kedua dan dua kali pada triwulan ketiga. Jumlah kunjungan tersebut dapat
dipakai untuk melihat kualitas pemanfaatan Antenatal Care. Berdasarkan
keteraturan kunjungan ibu hamil ini, cakupan Antenatal Care dapat dievaluasi
yang dikenal dengan K-1 dan K-4. K-1 adalah kunjungan baru ibu hamil dan K-4
adalah terpenuhinya seluruh kunjungan yang diharapkan. Jadi Antenatal Care yang
tidak memenuhi standar 7 T tersebut belum dapat dianggap suatu Antenatal Care
(Depkes RI, 2001).
Mochtar (2000) mengemukakan bahwa tujuan Antenatal Care
adalah mendapatkan ibu dan anak yang sehat, menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu dan anak sebagai akibat langsung dari proses reproduksi manusia,
mengenal, mengobati dan mengurangi bahaya penderitaan dan komplikasi proses
reproduksi selama hamil, sewaktu persalinan dalam masa nifas, mencari dan
mengurangi secara bertahap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan
proses reproduksi baik medis maupun non medis dalam masyarakat.
Penelitian Wibowo (2004) menemukan bahwa ada enam faktor
yang mempengaruhi pemanfaatan Antenatal Care berturut-turut yakni (a) faktor
akses terhadap antenal care yang meliputi jarak, total waktu dan desa, (b)
faktor ciri sosial ibu hamil yang meliputi tingkat pendidikan, pengetahuan dan
sikap ibu tentang Antenatal Care, (c) faktor keadaan ekonomi keluarga yang
meliputi belanja keluarga per bulan dan keterjangkauan pelayanan, (d) faktor
ciri reproduksi ibu hamil yang meliputi jumlah kelahiran dan umur ibu (e)
faktor kondisi kesehatan selama hamil yang meliputi keluhan yang dirasakan,
persepsi keadaan kesehatan selama hamil dan kadar Hb (f) faktor yang meliputi tindakan pengobatan
bila sakit selama hamil.
Pentingnya pelayanan ANC secara teratur yang dilakukan 4
kali selama kehamilan yakni :
a.
Satu kali pada trismester pertama pada umur kehamilan
kurang dari 14 minggu yang berfungsi untuk membina hubungan saling percaya
antara bidan dengan ibu, mendeteksi secara dini masalah/keluhan yang dirasakan
oleh ibu yang dapat diobati sebelum mengancam jiwa ibu, mencegah masalah yang
umumnya terjadi pada ibu hamil seperti anemia defisiensi zat besi, pengggunaan
praktek tradisional yang merugikan,
mendorong perilaku yang sehat (Nutrisi, Latihan dan kebersihan, istrahat dan
lain-lain)
b.
Satu kali pada trimesteri kedua ( antara minggu ke 14-
28) fungsinya sama seperti kunjunan trimester pertama tetapi perlu kewaspadan
khusus mengenai preklamsi, pemantaun tekanan darah, periksa protein urin dan
gejala lainnya.
c.
Dua kali pada trimester ketiga (antara minggu 28-36
minggu dan sesudah minggu ke 36) yang fungsinya sama seperti kunjungan
sebelumnya tetapi perlu adanya palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya
kehamilan ganda, deteksi kehamilan letak, atau kondisi lainnya yang memerlukan
kelahiran di rumah sakit.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dapat mendeteksi
secara dini komplikasi-komplikasi yang
bisa saja terjadi masa kehamilan (Bobak, 2004).
1)
Pelaksana Antenatal Care meliputi tenaga medis (dokter)
dan tenaga paramedis (bidan, perawat yang sudah mendapatkan pelatihan Antenatal
Care). Jadwal pemeriksaan Antenatal Care sebagai berikut : Trimester I dan II, Setiap bulan sekali diambil data tentang
laboratorium, pemeriksaan
ultrasonografi, nasehat diet tentang empat sehat lima sempurna, tambahan
protein ½ gr/kg bb = satu telur/hari. Observasi adanya penyakit yang dapat
mempengaruhi kematian, komplikasi kehamilan dan imunisasi tetanus.
2)
Trimester III, Setiap dua minggu sekali sampai ada tanda
kelahiran, evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan, diet
empat sehat lima sempurna, pemeriksaan ultrasonografi, imunisasi tetanus,
observasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasi hamil trimester
ketiga, rencana pengobatan, nasehat tentang tanda-tanda inpartu, kemana harus
datang untuk melahirkan.
Jadwal melakukan pemeriksaan Antenatal Care sebanyak 12
sampai 13 kali selama hamil. Di Negara berkembang Antenatal Care dilakukan
sebanyak empat kali sudah cukup sebagai kasus yang tercatat (Mochtar, 2000).
Ada dua jenis intervensi dalam Antenatal Care, yaitu :
1)
Intervensi dasar, yaitu perlakuan yang diberikan kepada
semua ibu hamil yang mendapatkan pemeriksaan kehamilan yang meliputi pemberian
tetanus toxoid, tablet zat besi, vitamin dan mineral, serta penyuluhan secara
terarah. Intervensi dasar ini terdiri dari :
a)
Pemberian (TT) Tujuan pemberian TT adalah untuk
melindungi janin dari tetanus neonatorum. Pemberian TT baru menimbulkan efek
perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya dua kali, dengan interval
minimal empat minggu, kecuali sebelumnya ibu telah mendapat TT dua kali pada
kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan
satu kali saja.
b)
Pemberian tablet zat besi (Fe) Tujuan pemberian tablet
zat besi adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena
pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat. Cara pemberiannya adalah satu
tablet per hari sesudah makan selama masa kehamilan dan nifas.
c)
Pemberian tablet multivitamin, Tujuannya adalah untuk
memenuhi kebutuhan akan berbagai vitamin dan mineral bagi ibu dan janin, Cara
pemberiannya adalah per hari, selama masa kehamilan dan nifas.
2)
Intervensi khusus, yang diberikan kepada ibu hamil sesuai
dengan faktor risiko dan kelainan yang ditemukan, Perlakuan tersebut meliputi
yang perlu dilakukan oleh pelaksana Antenatal Care, yaitu pemantauan
ketat/intensif, pemberian obat, bila perlu dirujuk ketingkat pelayanan yang
lebih lengkap.
Menurut WHO (2001) dalam Saifuddin, dkk (2001) pedoman
Antenatal Care, petugas memberi pelayanan setiap kunjungan, mengenai :
perencanaan kelahiran secara individu harus dimulai sejak kunjungan pertama dan
pada kunjungan-kunjungan berikutnya, imunisasi TT, pemberian tablet besi, mempersiapkan
kelengkapan dan alat-alat bersalin bila
direncanakan melahirkan di rumah, mencatat seluruh kegiatan antenatal
(kunjungan pertama dan berikutnya dan tindakan perawatan yang dilakukan),
dukungan psikososial dan menjadwalkan kunjungan selanjutnya. Kunjungan
antenatal untuk kehamilan normal meliputi kategori penilaian (riwayat,
pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium) dan penyuluhan kesehatan.
- Tinjauan Tentang Kehamilan
a.
Pengertian
Kehamilan adalah proses dimana terjadi pembuahan ovum
oleh spermatozoa, Proses perubahan itu sendiri diawali dengan koitus air mani
yang terpancar ke dalam ujung atas vagina sebanyak 2-5 cc yang mengandung
spermatozoa sebanyak 80-120 juta tiap cc (Anderson, 2000). Tiap spermatozoa
terdiri atas tiga bagian yaitu caput atau kepala yang berbentuk lonjong agak
gepeng dan mengandung bahan nukleus, ekor dan bagian yang slindrik
menghubungkan kepala dengan ekor (Prawirohardjo S, 2006).
Spermatozoa berbentuk seperti kecobong dengan kepala
lonjong dan ekor seperti cambuk, bentuk ini untuk pergerakan ke tuba fallopi
melalui kanalis dan servikalis dan kavum uteri sampai menunggu kedatangan ovum,Ovum
yang dilepas ovarium disapu oleh mikrofilamen fibria ke arah ostium tubae abdominale
sampai ke tuba fallopi, Bagian kepala spermatozoa yang telah masuk ke dalam
ovum akan bersatu dengan ovum dan membentuk zigot yang kemudian akan menjadi
cikal bakal janin atau embrio (Anderson, 2000).
b.
Tanda-Tanda Kehamilan
Berhasilnya proses pembuahan (kehamilan) dapat dilihat
pada perubahan-perubahan fisik dan psikologis ibu atau tanda (gejala) yang oleh
(Prawirohardjo S, 2006) menyebutkan tanda-tanda tersebut antara lain :
1)
Amonorea (terlambat datang bulan) yaitu konsepsi dan
nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan folikel de graff dan ovulasi yang
biasanya disebut terlambat datang bulan.
2)
Mual (nausea) dan muntah (emesis) yaitu akibat pengaruh
hormon estrogen dan progesterone menyebabkan terjadinya pengeluaran asam
lambung yang berlebihan dan menimbulkan muak dan muntah.
3)
Ngidam yaitu keadaan dimana seorang wanita hamil sering
menginginkan makanan tertentu.
4)
Sinkope atau pingsan,Kondisi ini terjadi karena gangguan
sirkulasi darah ke arah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan syaraf
pusat. Keadaan ini akan menghilang setelah umur kehamilan 16 minggu.
5)
Payudara tegang, Kondisi disebabkan akibat pengaruh
hormon estrogen, progesterone dan samatomammotropin menimbulkan deposit lemak,
air dan garam pada payudara sehingga akan membesar dan tegang, Ujung syaraf
akan tertekan sehingga menimbulkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.
6)
Sering miksi yaitu suatu gejala susah menahan air seni
sebagai akibat kerja hormon progesterone yang menghambat peristaltic usus.
7)
Pigmentasi kulit. Pada kulit terdapat hiperpigmentasi
pada daerah dahi, pipi dan hidung yang
disebabkan kloasma gravidarum.
8)
Pembesaran rahim. Pembesaran uterus disebabkan oleh
hipertropi otot-otot pada uterus, disamping itu serabut-serabut kolagen menjadi
nigroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen.
9)
Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Penampakan
ini sebagai akibat kerja hormon yang terjadi di sekitar genitalia, kaki dan
betis serta payudara.
c.
Masalah emosi dan kejiwaan selama kehamilan
Kehamilan merupakan periode yang dramatis terhadap
kondisi biologis, perubahan psikologis adaptasi dari seorang wanita yang pernah
mengalaminya. Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks, memerlukan
adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi.
Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari
norma-norma sosialkultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat
merupakan pencetus berbagai reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan
jiwa (Prawirohardjo S, 2006).
Dukungan psikologis dan perhatian akan memberi dampak
terhadap pola kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan, pengobatan, kasih
sayang dan empaty) pada wanita hamil dan aspek tekhnik dapat mengurangi aspek
sumber daya (tenaga ahli, cara penyelesaian persalinan normal, akselasi,
kendala nyeri dan asuhan neonatal).
B.
Landasan Teori
Dukungan suami dapat ditekankan sebagai sumber daya yang
disediakan lewat interaksi dengan orang lain “ support is the resource to
use through our interaction with other people”. Pendapat lain bahwa
dukungan tentang informasi dari orang lain adalah ia dicintai dan diperhatikan,
memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan
komunikasi dan kewajiban bersama.
Dukungan suami merupakan ketersediaan sumberdaya uang
diberikan oleh suami terhadap istrinya baik berupa kenyamanan fisik dan
psikologis yang diperoleh melalui pengetahuan bahwa individu tersebut
diperhatikan, dicintai, dan disayangi. Dukungan sosial dan keluarga dan suami
sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan seorang ibu, jika kehamilan
disertai dukungan yang penuh dari suami dan keluarga, maka proses kehamilan
akan berjalan dengan baik yang secara tidak langsung akan mempengaruhi
kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. kehamilan akan memberi dampak
terhadap kelangsungan kehidupan keluarga, baik berupa penambahan biaya,
pengurangan atau penambahan beban pekerjaan perubahan jasmani dan pengurangan
frekuensi hubungan dengan orang lain yang kesemua itu akan menimbulkan stress
bagi ibu hamil.
Terjadinya pola kehidupan sehari-hari yang disertai
dengan labilitas emosional yang terjadi sampai batas tertentu karena perubahan
hormon dan kebutuhan psikologis di dalam tubuhnya. permasalahan yang timbul
dapat diatasi oleh seorang ibu tetapi harus disekelilingnya terutama suaminya.
Dukungan dan partisipasi pria sangat dibutuhkan oleh seorang isteri pada saat
hamil, antara lain suami harus dapat menghindari 3T yaitu (a) terlambat
mengambil keputusan, (b) terlambat ke tempat pelayanan kesehatan dan (c)
terlambat memperoleh pelayanan medis. Seorang suami hendaknya waspada dan
berjaga-jaga serta bertindak jika melihat adanya tanda-tanda bahaya dalam
kehamilan.
C.
Kerangka Konsep
D.
Hipotesis
Berdasarkan
kerangka pemikiran penelitian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini berbunyi :
1. Ho : Tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan psikologis
suami dengan kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata, Kecamatan Kendari, Kota
Kendari provinsi sulawesi tenggara tahun 2009.
Ha : Ada
hubungan yang bermakna antara dukungan psikologis suami dengan kunjungan
Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata, Kecamatan Kendari, Kota
Kendari provinsi sulawesi tenggara tahun
2009.
2. Ho : Tidak Ada hubungan yang bermakna antara
dukungan sosial suami dengan kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata, Kecamatan Kendari, Kota
Kendari, provinsi sulawesi tenggara tahun 2009.
Ha : Ada hubungan yang bermakna antara dukungan
sosial suami dengan kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata, Kecamatan Kendari, Kota
Kendari, provinsi sulawesi tenggara tahun 2009.
3. Ho : Tidak Ada
hubungan suami yang dominan antara dukungan psikologis dan sosial suami terhadap
kunjungan Antenatal Care di Wilayah
Kerja Puskesmas Mata, Kota Kendari, provinsi sulawesi tenggarara Tahun 2009.
Ha : Ada hubungan suami yang dominan antara
dukungan psikologis dan sosial terhadap kunjungan Antenatal Care di
Wilayah Kerja Puskesmas Mata, Kota
Kendari, provinsi sulawesi tenggara Tahun 2009.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan
pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui dinamika hubungan
antara variabel bebas (Dukungan suami) dengan variabel terikat (kunjungan
Antenatal Care) melalui pendekatan point time. Artinya, antara variabel bebas
dan variabel terikat di observasi sekaligus pada saat yang sama (Arikunto S,
2006,).
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Mata, Kecamatan Kendari, Kota
Kendari, Provinsi Sulawesi tenggara tahun 2009.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei-Juni
tahun 2009.
C.
Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi dalam
penelitian ini adalah semua suami yang istrinya hamil dan memeriksakan
kehamilannya di wilayah Kerja Puskesmas di Wilayah Kerja Puskesmas Mata Kecamatan
Kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi tenggara tahun 2009 sejak bulan Mei-Juni
tahun 2009.
2.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah suami yang isterinya
hamill dan memeriksakan kehamilan. Metode penarikan sampel menggunakan Acidental,
Sedangkan besar sampel dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
Keterangan:
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d : Penyimpangan terhadap populasi atau derajat
ketepatan yang
diinginkan (0,05)
Sehingga didapatkan:
D.
Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif
Secara operasional, variabel perlu didefenisikan yang
bertujuan untuk menjelaskan makna variabel penelitian. (Arikunto 2006)
memberikan pengertian tentang defenisi operasional adalah unsur penelitian yang
memberikan petunjuk bagaimana variabel itu diukur. Variabel penelitian terdiri
dari satu variabel terikat dan satu variabel bebas, yaitu :
1.
Kunjungan Antenatal Care adalah pemanfaatan Antenatal
Care oleh ibu hamil pada petugas kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Mata kecamatan kendari kota
kendari provinsi sulawesi tenggara tahun 2009, yang diukur berdasarkan tiga pertanyaan yang
diajukan dengan menggunakan skala Guttman. Skor kunjungan Antenatal Care ini
akan dikategorikan menurut baik dan
kurang dengan kriteria obyektif :
Baik :
Bila responden memanfaatkan Antenatal Care > 4 kali
Kurang : Bila responden
memanfaatkan Antenatal Care < 4 kali (Wibowo.A,2004)
2.
Dukungan psikologis suami adalah dorongan (motivasi) dan
penghargaan moril suami terhadap ibu hamil selama masa kehamilannya,
(Retnowati, 2005) yang diukur berdasarkan 10 pertanyaan.
dengan kriteria obyektif :
Baik : Bila total skor jawaban responden >60%
Kurang : Bila total skor
jawaban responden <60% (Notoatmodjo.S,2005)
3.
Dukungan sosial suami adalah suatu sikap dengan cara
memberikan dorongan atau bantuan secara fisik atau yang nyata kepada ibu selama
masa kehamilanya, (yanuasti, 2001) yang diukur berdasarkan 10 pertanyaan.
dengan kriteria obyektif :
Baik : Apabila total skor jawaban responden >60%
Kurang : Bila total skor
jawaban responden <60%
(Notoatmodjo,
2005)
E.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan instrumen diantaranya
kuesioner dengan jumlah sebanyak 23 pertanyaan dimana yang benar diberi nilai 1
dan yang salah diberi nilai 0, buku register, catatan mediccal, record pasien
di tempat penelitian berlangsung.
F.
Pengumpulan Data
1.
Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah dukungan
psikologis dan sosial suami dan kunjungan Antenatal Care yang pengumpulannya
melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner
(Arikunto,2006).
2.
Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini cakupan pemeriksaan
kehamilan, sosiodemografi dan lain-lain yang relevan dengan kebutuhan
penelitian yang pengumpulannya dengan
cara melihat dokumen (profil Puskesmas dan laporan kunjungan ibu hamil).
G.
Pengolahan dan Analisis Data
Data diolah menggunakan bantuan elektronik berupa
perangkat-perangkat komputerisasi serta analisis data menggunakan statistik
inferensial dengan menggunakan uji statistik chi square dengan formula :
(Sugiyono, 2007)
Keterangan:
c2 : Chi
kuadrat
Fo : Frekuensi yang diobservasi
Fh : Frekuensi yang diharapkan
∑ :
Sigma atau jumlah
Dasar pengambilan keputusan :
1. Ditolak, Jika c2hitung < c2tabel
2. Diterima, Jika c2hitung > c2tabel
H.
Penyajian Data
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk grafik
dan tabel distribusi frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti disertai dengan
narasi secukupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, 2000. Meningkatkan Kehamilan Yang Aman. http/www.Reblika.Com
Diakses 05/05/2009
Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Yogyakarta: Rineka Cipta.
Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta
: EGC
Dasuki (2000), 2000.. Upaya Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak.. htttp://www
peningkatan kesehatan ibu dan anak Majalah Interaksi 1-3 Desember Hal.
12-15. diakses 09/04/2008
Depkes RI, 2001. Pedoman pelaksanaan Upaya Peningkatan Neonatal,
Jakarta
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara, 2006-2009. Profil Kesehatan
Propinsi Sulawesi Tenggara, Kendari
Farrer (2001). Jati Diri Ibu Dimata Suami. Media Promosi Kesehatan. htttp://www.kesehatan.go.id.
diakses 05/05/2009
Friedman 2001. Peran Suami dalam kehamilan. http://www.Kesehatan.go.id diakses 07/04/2008
Handayani, 2000. Upaya Mencegah Angka Kematian Ibu Di
Indonesia. MediaPenelitian & Pengembangan Kesehatan, htttp://www.Kurangnya
kematian ibu di indonesia.go.id. diakses 11s/05/2009
Hakimi, 1997. Evaluasi Efeketivitas Kehamilan Di Kabupaten Purworejo,
Majalan Kedokteran Indonesia.http/www.ilmu
kedokteran, diakses 05/05/2009
Harian Kompas,
23/7/2007, Angka Kematian Ibu di
Indonesia Masih Tinggi.
Hasriyanti, 2005. Studi Retrospektif Dampak Persalinan Usia Remaja Di
Wilayah Kerja Puskesmas Konda Kabupaten Konsel Tahun 2005, Skripsi tidak
dipublikasikan, Kendari
Manuaba Ida Bagus Gede , 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.
Jakarta : Arcan
Masrianto, 2001. Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Antenatal Care Di Kecamatan
Kalimana Kabupaten Purba. http://www.Depkes.go.id. Diakses 05/05/2009
Mediana, 2007. Pentignya
Pelayanan ANC Secara Teratur. http://www. Pelayanan Antenatal care .go.Id
diakses 05/05/209
Mercy Lucianawaty, 2003. Menjadi Ayah Yang Bertanggung Jawab. Http//Www.Jhucccp.Go.Id
Diakses 11/05/2009
Mochtar, Rustam.
2000. Synopsis Obsetri Patologi,
Jakarta: EGC
Notoatmodjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Prawirohardjo dkk, 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga Cetakan
Kedelapan, Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka,
Retnowati, 2005. Persepsi Remaja Ketergantungan Napza Mengenai Dukungan
Keluarga Selama Masa Rehablitasi. htttp://www.kesehatan.go.id. diakses
05/05/2009
Sheri dan Radmacher. 2000. Dukungan Suami Dalam Upaya Mencegah Angka
Kematian Ibu. http/www.Majalahafmica.Com,Diakses 05/05/2009
Sugiyono, 2007. Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Syaifuddin,dkk 2001. Kebidanan Komunitas. Jakarta : Tiara Putra
Taylor, 1999. Komunikasi
Interpersonal Merupakan Salah Satu Komponen Dukungan
http/www.Suaraperempuan.Com, Diakses 05/05/2009
Wibowo Abdul . 2004. Faktor Penentu Pemanfaatan ANC Dan Hubungan ANC
Dengan Bayi Berat Lahir Rendah Di Kec. Ciawi, Desertasi Yang Dipublikasikan
Universitas Indonesia
Yanuasti, 2001. Dukungan Sosial Suami Terhadap Pelayanan ANC .
htttp://www.Sosial Suami.go.id. diakses 08/04/2009
No comments:
Post a Comment
Please comment here!