fin

Friday, April 20, 2012

CONTOH Proposal Penelitian; Hubungan Antara Dukungan Psikologis dan Sosial Suami Terhadap Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata Kecamatan Kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Upaya peningkatan kesehatan ibu telah dilakukan, baik ditingkat nasional maupun internasional, Di tingkat internasional (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Dimana saat ini tengah digalakkan program Innitiatives for Maternal Mortality Program Assesment (IMMPACT) atau inisiatif program penilaian penurunan kematian ibu yang bertujuan mencari diantara strategi interaksi yang sudah ada, strategi manakah yang paling efektif dan cost efektif untuk menurunkan kematian ibu diberbagai situasi sosial dan budaya di negara berkembang dan menilai implikasi dan strategi tersebut terhadap pemerataan dan kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan neonatal (UNICEF, 2000) dalam (Masrianto. I, 2001). Dasuki (2000) mengemukakan bahwa di dunia ini setiap unit seorang perempuan meninggal karena komplikasi dan persalinan. Dengan kata lain 1400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000, perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan.
Di Indonesia, upaya meningkatkan kesehatan ibu dilakukan dengan melengkapi fasilitas pelayanan kesehatan sehingga mampu menyediakan pelayanan dasar kebidanan seperti transfusi darah, anestesi dan operasi, Strategi Making Pregnancy Safer (MPS) atau kehamilan yang aman sebagai kelanjutan dari program Safe Mother Hood (SMH) telah dicanangkan dengan tujuan untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian ibu dan meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi, Namun angka kematian ibu penurunannya masih relatif lambat(SDKI 2002-2003 ). Saat ini di Indonesia, AKI masih tergolong tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) menjadi 284 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (Depkes RI, 2007). Pada tahun 2008 angka kematian Ibu cukup tinggi 6-8 per 1000 kelahiran hidup (Wijdosastro, 2008). Dukungan suami terhadap istri selama hamil sebesar 38% dan yang tidak mendukung sebesar 46% sedangkan target dukungan suami sekitar 85 % (Mersi Lusianawaty tahun 2003).
Dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, misalnya saja di Vietnam memiliki AKI 200 per 100.00 kelahiran hidup, di Singapura 5 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Malaysia 69 per 100.000 kelahiran hidup dan di Philipina 142 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan untuk Indonesia Sehat 2010, AKI menurun menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup (Harian Kompas, 23/7/2007).
Walaupun telah terjadi penurunan angka kematian ibu yang cukup berarti yaitu sekitar 520 per 100.000 kelahiran hidup sekitar 35 tahun yang lalu menjadi 290 per 100.000 (Survei Kesehatan Rumah Tangga, 1994) namun angka ini masih cukup tinggi bahkan tertinggi di lingkungan Asia Tenggara (Dwiaty, Walukono & Komala, 2000). Fakta lain menunjukkan bahwa di Indonesia, dua orang ibu meninggal setiap jam karena kehamilan, persalinan dan nifas. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan K-1 dan K-4 salah satunya adalah kurangnya dukungan suami terhadap isteri dalam memeriksakan kehamilannya terhadap petugas kesehatan yang berdampak pada rendahnya keinginan ibu untuk memanfaatkan fasilitas Antenatal Care (ANC) (Hakimi, 1997).
Menurut Farrer (2001) frekuensi kunjungan ibu hamil untuk memanfaatkan fasilitas Antenatal Care tergantung pada dukungan lingkungan sosialnya, terutama dukungan suami. Friedman (2001) mengemukakan bahwa ikatan suami isteri yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami atau isteri sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Dukungan tersebut akan tercipta apabila  hubungan interpersonal keduanya baik. Di daerah pedesaan suami sangat berperan dalam proses pengambilan keputusan dalam suatu keluarga, sedangkan isteri hanya bersifat membantu dengan memberikan sumbang saran (Widjosastro, H: 2003).
Pentingnya pelayanan ANC secara teratur sebenarnya bukan hanya untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun untuk kesejahteraan janin. Untuk ibu misalnya berguna unutk mendeteksi dini jika ada komplikasi kehamilan, sehingga dapat segera mengobatinya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan selama kehamilan, mempersiapkan mental dan fisik dalam menghadapi persalinan, mengetahui berbagai masalah dengan kehamilan, sehingga dapat segera ditentukan pertolongan persalinan yang aman. (Mediana, 2007). Sedangkan untuk bayi pemeriksaan itu pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin dan mencegah janai lahir prematur, bayi berat badan lahir rendah,lahir mati, ataupun mengalami kematian saat baru lahir.
Di Sulawesi Tenggara, untuk menurunkan angka kematian ibu telah dilakukan pelatihan bidan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan ibu terdepan melalui proyek Health Mothers Healthy Babies (HMHB), penyediaan fasilitas pelayanan antenatal care di Polindes, Pustu, Puskesmas dan rumah sakit, namun penurunan angka kematian ibu masih relatif lambat. Hal tersebut disebabkan karena tingginya komplikasi obstetri. Misalnya saja pada tahun 2003, penyebab kematian ibu pasca persalinan sebesar 52%, eklmasia 13%, infeksi 5% dan lain-lain 30%. Di sisi lain, kemauan ibu untuk memanfaatkan pelayanan antenatal care di sarana-sarana kesehatan masih relatif rendah. Hal ini tercermin untuk Sulawesi Tenggara kunjungan (K-1) tahun 2006 sebesar 84,22%, kemudian kunjungan ibu hamil lama (K-4) sebesar 75,21%, target cakupan K-1 sebesar 97,9% dan K-4 minimal 88,6%, sasaran ibu hamil sekitar 96.072 orang. Untuk tahun 2007 kunjungan K-1 sebesar 79,73%, untuk K-4 sebesar 72,75%. untuk target K-1 Minimal 90%, untuk K-4 minimal 84,8%, sasaran sekitar 59,281 orang. Tahun 2008 kunjungan K-1 sekitar 31,88%, K-4 75,73%, target K-1 minimal 86%, K-4 95,6%. Untuk sasaran ibu hamil sekitar 2.122 orang. (Profil Dinkes Provinsi Sultra, 2006-2008),
Untuk Kota Kendari tahun 2006 cakupan K-1 sekitar 91,30%, dan K-4 sebesar 82,45 %,  target K-1 minimal 99,8% K-4 95% dan sasaran 6.688 orang, untuk tahun 2007 cakupan K-1 yaitu sekitar 57,17% dan K-4 78,31% sera target K-1 minimal 82,6%, K-4 90,4%, sasaran ibu hamil 9528 orang, untuk tahun 2008 cakupan K-1 yaitu sekitar 80,4%, K-4 72,88% dan target K-1 minimal 90% dan K-4 minimal 80,8%, sasaran ibu hamil sebesar 6.704 orang (Profil Dinkes Kota Kendari,  2006-2008),
Di wilayah kerja Puskesmas Mata, cakupan K-1 untuk tahun 2006 sekitar 76,2% dan K-4 sebesar 46%, dan target K-1 82%, K-4 94%, untuk sasaran ibu hamil 439 orang kemudian untuk tahun 2007 cakupan K-1 sekitar 52%, K-4 46% target K-1 90%, K-4 96%. Sasaran ibu hamil 656 orang. Untuk tahun 2008 cakupan K-1 71%, K-4 90% target K-1 80%, K-4 99,6% sasaran ibu hamil 597 orang   jauh lebih rendah dari Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kota Kendari yang telah ditetapkan yakni 95%. Angka tersebut menunjukkan bahwa frekuensi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya masih tergolong rendah. (Data Puskesmas Mata Kecamatan Kendari Kota Kendari , 2006-2008),
Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang “Hubungan Dukungan Psikologis Dan Sosial Suami Terhadap Kunjungan Antenatal Care di Wilayah  Kerja Puskesmas Mata kecamatan kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi tenggara Tahun 2009”.

 B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah“ Apakah ada hubungan antara dukungan psikologis dan sosial suami terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah  Kerja Puskesmas Mata Kecamatan Kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi tenggara Tahun 2009”?

C.   Tujuan Penelitian
1.    Umum
Untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah  Kerja Puskesmas Mata Kecamatan Kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009.

2.    Khusus
a.    Untuk mengetahui hubungan antara dukungan psikologis  suami terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah  Kerja Puskesmas Mata kecamatan kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi tenggara Tahun 2009.
b.    Untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial suami terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah  Kerja Puskesmas Mata kecamatan kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi tenggara Tahun 2009.
c.     Untuk mengetahui hubungan suami yang dominan antara dukungan psikologis dan sosial terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah  Kerja Puskesmas Mata kecamatan kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi tenggara Tahun 2009.

D.   Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu kesehatan masyarakat khususnya dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan dapat merupakan referensi untuk peneliti selanjutnya.
2.    Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak Puskesmas Mata dalam rangka meningkatkan pelayanan Antenatal Care.
3.    Manfaat Bagi peneliti
Bagi penulis, penelitian ini merupakan proses belajar menemukan kebenaran pengetahuan dan menambah wawasan pengetahuan tentang pemanfaatan Antenatal Care.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Telaah Pustaka
  1. Tinjauan Tentang Dukungan Suami
a.    Pengertian
Terdapat banyak defenisi tentang dukungan yang dikemukakan oleh para ahli. Sheri dan Radmacher (2000) menekankan pengertian dukungan sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain “support is the resource to us thorough our interaction with other people”. Pendapat lain dikemukakan oleh Siegel dalam Taylor (2001) yang menyatakan bahwa dukungan adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama.
Dari beberapa defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan suami adalah ketersediaan sumber daya yang diberikan oleh suami terhadap isterinya baik berupa kenyamanan fisik dan psikologis yang diperoleh melalui pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan dan disayangi. Dukungan sosial dari keluarga dan suami sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan seorang ibu, jika kehamilan disertai dengan dukungan penuh dari suami dan keluarga, maka proses kehamilan akan berjalan dengan baik  yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Kehamilan akan memberi dampak terhadap kelangsungan kehidupan keluarga, baik berupa penambahan biaya, pengurangan atau penambahan beban pekerjaan, perubahan jasmani dan pengurangan frekuensi hubungan dengan orang lain yang kesemua itu akan menimbulkan stress bagi ibu hamil.
Terjadinya pola kehidupan sehari-hari yang disertai dengan labilitas emosional yang terjadi sampai batas tertentu karena perubahan hormon dan kebutuhan psikologis di dalam tubuhnya. Permasalahan yang timbul dapat diatasi oleh ibu seorang diri tetapi harus didukung oleh orang disekelilingnya terutamanya suaminya (Farrer, 2001).
Bagi ibu pekerja tidak ada  halangan untuk melaksanakan pekerjaan secara rutin. Ibu hamil masih dapat bekerja menjelang persalinan sehingga untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di Wilayah  Kerja Puskesmas atau Posyandu bukanlah halangan selama hal-hal yang bersifat membahayakan kehamilan dapat dicegah atau dihindari. Ibu hamil dianjurkan untuk dapat mengatur waktu istirahat dengan diet yang baik serta memeriksakan kehamilan secara teratur. Oleh karena itu dukungan suami sangat dibutuhkan untuk proses kehamilan  yang aman (Mannuaba, 1999).
Dukungan dan partisipasi pria sangat dibutuhkan oleh seorang istri pada saat hamil, antara lain suami harus dapat menghindari 3T yaitu (a) terlambat mengambil keputusan, (b) terlambat ke tempat pelayanan kesehatan dan (c) terlambat memperoleh pelayanan medis. Seorang suami hendaknya waspada dan berjaga-jaga serta bertindak jika melihat adanya tanda-tanda bahaya dalam kehamilan (BKKBN, 2007).
Untuk menghindari tingginya AKI  yang disebabkan oleh komplikasi akibat kehamilan (perdarahan, infeksi dan lain-lain), maka partisipasi suami sangat diharapkan dan salah satunya harus diwujudkan dalam bentuk suami SIAGA yaitu :
1)    Siap, suami hendaknya waspada dan bertindak atau mengantisipasi jika melihat adanya tanda bahaya kehamilan seperti sering pusing, mual, muntah berlebihan, bengkak pada wajah dan tungkai dan komplikasi-komplikasi lainnya. Seorang suami hendaknya jeli dan berperan aktif dalam mencari informasi-informasi kesehatan khususnya informasi kesehatan ibu hamil agar suami lebih mudah untuk mengontrol kehamilan isterinya.
2)    Antar, suami hendaknya senantiasa menyediakan angkutan yang akan dipakai menuju sarana pelayanan kesehatan agar bila terjadi komplikasi dalam proses kehamilan dan persalinan istrinya, suami dapat mengantar langsung isterinya ketempat pelayanan kesehatan serta mengurangi keterlambatan tiba di sarana kesehatan.
3)    Jaga, suami hendaknya selalu mendampingi isteri selama proses kehamilan sampai persalinan. Seorang isteri akan merasa senang dan lebih semangat dalam menjalani kehamilannya apabila ditemani oleh suaminya, karena ia akan merasa diperhatikan dan disayangi oleh suaminya (Handayani, 2000).
b.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Suami Dalam Masa Kehamilan Istri
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dukungan suami dalam masa kehamilan isterinya dapat diuraikan di bawah ini :
1)    Dukungan psikologis
Dukungan psikologis adalah suatu sikap yang memberikan dorongan dan penghargaan moril kepada ibu selama masa kehamilannya, misalnya suami sangat membantu ketenangan jiwa isterinya, suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kehamilan, suami tidak menyakiti istri, suami menghibur atau menenangkan ketika ada masalah yang dihadapi isteri, suami berdoa untuk kesehatan atau keselamatan istri dan anaknya (Retnowati, 2005).
2)    Dukungan sosial
Dukungan sosial adalah suatu sikap dengan cara memberikan kenyamanan dan bantuan secara fisik atau nyata kepada ibu selama masa kehamilannya, misalnya suami memperhatikan kesehatan isteri yakni menanyakan keadaan istri atau janin yang dikandungnya, suami mengantar atau menemani istri memeriksakan kehamilannya, suami menasihati agar isteri tidak terlalu lelah bekerja di rumah atau di tempat kerja dan suami membantu tugas istri (Yanuasti, 2001).  Dukungan sosial juga di sebut sebgai Dukungan instrumental yaitu  bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat fasilitas atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan, memberikan uang, memberikan makanan, permainan atau bantuan yang lain. Aspek ini di dukung oleh Smet (1995) dan Taylor (1995) dimana bantuan instrumental ini berupa dukungan materi seperti benda atau barang yang dibutuhkan oleh orang lain dan bantuan finansial untuk biaya pengobatan, pemulihan maupun biaya hidup sehari-hari selama seseorang tersebut belum dapat menolong dirinya sendiri.
3)    Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga semakin rendah pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami akan kesulitan akan mengambil keputusan secara efektif. Akhirnya pandangan baru yang perlu diperkenalkan dan disosialisasikan kembali untuk memberdayakan kaum suami mendasarkan pada pengertian bahwa suami memainkan peranan yang sangat penting, terutama dalam pengambilan keputusan berkenan dengan kesehatan reproduksi pasangannya ( Hasriyanti, 2005)
4)    Pendapatan
Pada masyarakat kebanyakan 75%-100% penghasilannya dipergunakan untuk membiayai keperluan hidupnya bahkan banyak keluarga rendah yang setiap bulan bersaldo rendah sehingga pada akhirnya ibu hamil tidak diperiksakan ke pelayanan kesehatan karena tidak mempunyai kemampuan untuk membayar. Atas dasar faktor tersebut maka diatas maka prioritas kegiatan GSI ditingkat keluarga dalam pemberdayaan suami tidak hanya terbatas pada kegiatan yang bersifat anjuran saja seperti yang selama ini akan tetapi akan bersifat holistik. Secara kongkrit dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga kepala keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak memperhatikan kesehatan karena permasalahan keuangan (Yanuasti, 2001).
5)    Budaya
Diberbagai wilayah Indonesia terutama di dalam masyarakat yang masih tradisional menganggap istri adalah konco wingking, yang artinya bahwa kaum wanita tidak sederajat dengan kaum pria, dan wanita hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan seperti ini mempengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi istri, misalnya kualitas dan kuantitas makanan yang lebih baik, baik dibanding isteri maupun anak karena menganggap suamilah yang mencari nafkah dan sebagai kepala rumah tangga sehingga asupan zat gizi mikro untuk istri kurang, suami tidak empati dan peduli dengan keadaan ibu yang sedang hamil maupun menyusui anak dan lain-lain.
Beberapa cara merubah budaya diatas antara lain :
a)    Persepsi mengenai keseteraan gender perlu diberikan dan disosialisasikan sejak dini melalui kegiaatan formal (sekolah) maupun non formal (kelompok masyarakat) dan diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari.
b)    Penyuluhan pada sarana maupun tempat dimana pria selalu berkumpul dan berinteraksi misalnya tempat kerja, tukang cukur, dan lain-lain.
c)    Memberikan informasi sesering mungkin dengan stimulasi yang menarik perhatian
d)    Masyarakat indonesia pada umumnya masih mempunyai perasaan malu dan sungkang pada lingkungan sekitar, oleh karena itu dalam pemeriksaan GSI perlu dipikirkan sesuatu aturan atau kegiatan yang dapat memotivasi kepala keluarga untuk segera merearisasikan kepedulian kepada istrinya (Yusrianti, 2001)
  1. Tinjauan Tentang Antenatal Care
Antenatal Care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis, kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan), untuk ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar internasional yang meliputi 7T yaitu (1) timbang berat badan ukur tinggi badan, (2) ukur tekanan darah, (3) pemberian imunisasi tetanus neonatorum, (4) ukur tinggi fundus uteri, (5) pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan, (6) test pemeriksaan penyakit menular seksual (7) temuwicara (Saifuddin dkk, 2001).
Penetapan standar 7 T harus dipenuhi dengan minimal empat kali kunjungan dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga. Jumlah kunjungan tersebut dapat dipakai untuk melihat kualitas pemanfaatan Antenatal Care. Berdasarkan keteraturan kunjungan ibu hamil ini, cakupan Antenatal Care dapat dievaluasi yang dikenal dengan K-1 dan K-4. K-1 adalah kunjungan baru ibu hamil dan K-4 adalah terpenuhinya seluruh kunjungan yang diharapkan. Jadi Antenatal Care yang tidak memenuhi standar 7 T tersebut belum dapat dianggap suatu Antenatal Care (Depkes RI, 2001).
Mochtar (2000) mengemukakan bahwa tujuan Antenatal Care adalah mendapatkan ibu dan anak yang sehat, menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan anak sebagai akibat langsung dari proses reproduksi manusia, mengenal, mengobati dan mengurangi bahaya penderitaan dan komplikasi proses reproduksi selama hamil, sewaktu persalinan dalam masa nifas, mencari dan mengurangi secara bertahap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan proses reproduksi baik medis maupun non medis dalam masyarakat.
Penelitian Wibowo (2004) menemukan bahwa ada enam faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Antenatal Care berturut-turut yakni (a) faktor akses terhadap antenal care yang meliputi jarak, total waktu dan desa, (b) faktor ciri sosial ibu hamil yang meliputi tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu tentang Antenatal Care, (c) faktor keadaan ekonomi keluarga yang meliputi belanja keluarga per bulan dan keterjangkauan pelayanan, (d) faktor ciri reproduksi ibu hamil yang meliputi jumlah kelahiran dan umur ibu (e) faktor kondisi kesehatan selama hamil yang meliputi keluhan yang dirasakan, persepsi keadaan kesehatan selama hamil dan kadar  Hb (f) faktor yang meliputi tindakan pengobatan bila sakit selama hamil.
Pentingnya pelayanan ANC secara teratur yang dilakukan 4 kali selama kehamilan yakni :
a.    Satu kali pada trismester pertama pada umur kehamilan kurang dari 14 minggu yang berfungsi untuk membina hubungan saling percaya antara bidan dengan ibu, mendeteksi secara dini masalah/keluhan yang dirasakan oleh ibu yang dapat diobati sebelum mengancam jiwa ibu, mencegah masalah yang umumnya terjadi pada ibu hamil seperti anemia defisiensi zat besi, pengggunaan praktek tradisional  yang merugikan, mendorong perilaku yang sehat (Nutrisi, Latihan dan kebersihan, istrahat dan lain-lain)
b.    Satu kali pada trimesteri kedua ( antara minggu ke 14- 28) fungsinya sama seperti kunjunan trimester pertama tetapi perlu kewaspadan khusus mengenai preklamsi, pemantaun tekanan darah, periksa protein urin dan gejala lainnya.
c.    Dua kali pada trimester ketiga (antara minggu 28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36) yang fungsinya sama seperti kunjungan sebelumnya tetapi perlu adanya palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda, deteksi kehamilan letak, atau kondisi lainnya yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dapat mendeteksi secara dini komplikasi-komplikasi  yang bisa saja terjadi masa kehamilan (Bobak, 2004).
1)    Pelaksana Antenatal Care meliputi tenaga medis (dokter) dan tenaga paramedis (bidan, perawat yang sudah mendapatkan pelatihan Antenatal Care). Jadwal pemeriksaan Antenatal Care sebagai berikut : Trimester I dan II,  Setiap bulan sekali diambil data tentang laboratorium,  pemeriksaan ultrasonografi, nasehat diet tentang empat sehat lima sempurna, tambahan protein ½ gr/kg bb = satu telur/hari. Observasi adanya penyakit yang dapat mempengaruhi kematian, komplikasi kehamilan dan imunisasi tetanus.
2)    Trimester III, Setiap dua minggu sekali sampai ada tanda kelahiran, evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan, diet empat sehat lima sempurna, pemeriksaan ultrasonografi, imunisasi tetanus, observasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasi hamil trimester ketiga, rencana pengobatan, nasehat tentang tanda-tanda inpartu, kemana harus datang untuk melahirkan.
Jadwal melakukan pemeriksaan Antenatal Care sebanyak 12 sampai 13 kali selama hamil. Di Negara berkembang Antenatal Care dilakukan sebanyak empat kali sudah cukup sebagai kasus yang tercatat (Mochtar, 2000). Ada dua jenis intervensi dalam Antenatal Care, yaitu :
1)    Intervensi dasar, yaitu perlakuan yang diberikan kepada semua ibu hamil yang mendapatkan pemeriksaan kehamilan yang meliputi pemberian tetanus toxoid, tablet zat besi, vitamin dan mineral, serta penyuluhan secara terarah. Intervensi dasar ini terdiri dari :
a)    Pemberian (TT) Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum. Pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya dua kali, dengan interval minimal empat minggu, kecuali sebelumnya ibu telah mendapat TT dua kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali saja.
b)    Pemberian tablet zat besi (Fe) Tujuan pemberian tablet zat besi adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat. Cara pemberiannya adalah satu tablet per hari sesudah makan selama masa kehamilan dan nifas.
c)    Pemberian tablet multivitamin, Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan akan berbagai vitamin dan mineral bagi ibu dan janin, Cara pemberiannya adalah per hari, selama masa kehamilan dan nifas.
2)    Intervensi khusus, yang diberikan kepada ibu hamil sesuai dengan faktor risiko dan kelainan yang ditemukan, Perlakuan tersebut meliputi yang perlu dilakukan oleh pelaksana Antenatal Care, yaitu pemantauan ketat/intensif, pemberian obat, bila perlu dirujuk ketingkat pelayanan yang lebih lengkap.
Menurut WHO (2001) dalam Saifuddin, dkk (2001) pedoman Antenatal Care, petugas memberi pelayanan setiap kunjungan, mengenai : perencanaan kelahiran secara individu harus dimulai sejak kunjungan pertama dan pada kunjungan-kunjungan berikutnya, imunisasi TT, pemberian tablet besi, mempersiapkan kelengkapan dan alat-alat bersalin bila  direncanakan melahirkan di rumah, mencatat seluruh kegiatan antenatal (kunjungan pertama dan berikutnya dan tindakan perawatan yang dilakukan), dukungan psikososial dan menjadwalkan kunjungan selanjutnya. Kunjungan antenatal untuk kehamilan normal meliputi kategori penilaian (riwayat, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium) dan penyuluhan kesehatan.
  1. Tinjauan Tentang Kehamilan
a.    Pengertian
Kehamilan adalah proses dimana terjadi pembuahan ovum oleh spermatozoa, Proses perubahan itu sendiri diawali dengan koitus air mani yang terpancar ke dalam ujung atas vagina sebanyak 2-5 cc yang mengandung spermatozoa sebanyak 80-120 juta tiap cc (Anderson, 2000). Tiap spermatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu caput atau kepala yang berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nukleus, ekor dan bagian yang slindrik menghubungkan kepala dengan ekor (Prawirohardjo S, 2006).
Spermatozoa berbentuk seperti kecobong dengan kepala lonjong dan ekor seperti cambuk, bentuk ini untuk pergerakan ke tuba fallopi melalui kanalis dan servikalis dan kavum uteri sampai menunggu kedatangan ovum,Ovum yang dilepas ovarium disapu oleh mikrofilamen fibria ke arah ostium tubae abdominale sampai ke tuba fallopi, Bagian kepala spermatozoa yang telah masuk ke dalam ovum akan bersatu dengan ovum dan membentuk zigot yang kemudian akan menjadi cikal bakal janin atau embrio (Anderson, 2000).
b.    Tanda-Tanda Kehamilan
Berhasilnya proses pembuahan (kehamilan) dapat dilihat pada perubahan-perubahan fisik dan psikologis ibu atau tanda (gejala) yang oleh (Prawirohardjo S, 2006) menyebutkan tanda-tanda tersebut antara lain :
1)    Amonorea (terlambat datang bulan) yaitu konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan folikel de graff dan ovulasi yang biasanya disebut terlambat datang bulan.
2)    Mual (nausea) dan muntah (emesis) yaitu akibat pengaruh hormon estrogen dan progesterone menyebabkan terjadinya pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan muak dan muntah.
3)    Ngidam yaitu keadaan dimana seorang wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu.
4)    Sinkope atau pingsan,Kondisi ini terjadi karena gangguan sirkulasi darah ke arah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan syaraf pusat. Keadaan ini akan menghilang setelah umur kehamilan 16 minggu.
5)    Payudara tegang, Kondisi disebabkan akibat pengaruh hormon estrogen, progesterone dan samatomammotropin menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara sehingga akan membesar dan tegang, Ujung syaraf akan tertekan sehingga menimbulkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.
6)    Sering miksi yaitu suatu gejala susah menahan air seni sebagai akibat kerja hormon progesterone yang menghambat peristaltic usus.
7)    Pigmentasi kulit. Pada kulit terdapat hiperpigmentasi pada daerah dahi, pipi dan  hidung yang disebabkan kloasma gravidarum.
8)    Pembesaran rahim. Pembesaran uterus disebabkan oleh hipertropi otot-otot pada uterus, disamping itu serabut-serabut kolagen menjadi nigroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen.
9)    Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Penampakan ini sebagai akibat kerja hormon yang terjadi di sekitar genitalia, kaki dan betis serta payudara.

c.    Masalah emosi dan kejiwaan selama kehamilan
Kehamilan merupakan periode yang dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosialkultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa (Prawirohardjo S, 2006).
Dukungan psikologis dan perhatian akan memberi dampak terhadap pola kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan, pengobatan, kasih sayang dan empaty) pada wanita hamil dan aspek tekhnik dapat mengurangi aspek sumber daya (tenaga ahli, cara penyelesaian persalinan normal, akselasi, kendala nyeri dan asuhan neonatal).

B.   Landasan Teori
Dukungan suami dapat ditekankan sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain “ support is the resource to use through our interaction with other people”. Pendapat lain bahwa dukungan tentang informasi dari orang lain adalah ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama.
Dukungan suami merupakan ketersediaan sumberdaya uang diberikan oleh suami terhadap istrinya baik berupa kenyamanan fisik dan psikologis yang diperoleh melalui pengetahuan bahwa individu tersebut diperhatikan, dicintai, dan disayangi. Dukungan sosial dan keluarga dan suami sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan seorang ibu, jika kehamilan disertai dukungan yang penuh dari suami dan keluarga, maka proses kehamilan akan berjalan dengan baik yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. kehamilan akan memberi dampak terhadap kelangsungan kehidupan keluarga, baik berupa penambahan biaya, pengurangan atau penambahan beban pekerjaan perubahan jasmani dan pengurangan frekuensi hubungan dengan orang lain yang kesemua itu akan menimbulkan stress bagi ibu hamil.
Terjadinya pola kehidupan sehari-hari yang disertai dengan labilitas emosional yang terjadi sampai batas tertentu karena perubahan hormon dan kebutuhan psikologis di dalam tubuhnya. permasalahan yang timbul dapat diatasi oleh seorang ibu tetapi harus disekelilingnya terutama suaminya. Dukungan dan partisipasi pria sangat dibutuhkan oleh seorang isteri pada saat hamil, antara lain suami harus dapat menghindari 3T yaitu (a) terlambat mengambil keputusan, (b) terlambat ke tempat pelayanan kesehatan dan (c) terlambat memperoleh pelayanan medis. Seorang suami hendaknya waspada dan berjaga-jaga serta bertindak jika melihat adanya tanda-tanda bahaya dalam kehamilan.
 
C.   Kerangka Konsep




 

D.   Hipotesis
      Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini berbunyi :
1.      Ho :    Tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan psikologis suami dengan kunjungan Antenatal Care di Wilayah  Kerja Puskesmas Mata, Kecamatan Kendari, Kota Kendari provinsi sulawesi tenggara tahun 2009.
Ha :    Ada hubungan yang bermakna antara dukungan psikologis suami dengan kunjungan Antenatal Care di Wilayah  Kerja  Puskesmas Mata, Kecamatan Kendari, Kota Kendari  provinsi sulawesi tenggara tahun 2009.
2.    Ho  :    Tidak Ada hubungan yang bermakna antara dukungan sosial suami dengan kunjungan Antenatal Care di Wilayah  Kerja Puskesmas Mata, Kecamatan Kendari, Kota Kendari, provinsi sulawesi tenggara tahun 2009.
Ha  :    Ada hubungan yang bermakna antara dukungan sosial suami dengan kunjungan Antenatal Care di Wilayah  Kerja Puskesmas Mata, Kecamatan Kendari, Kota Kendari, provinsi sulawesi tenggara tahun 2009.
3.       Ho :   Tidak Ada hubungan suami yang dominan antara dukungan psikologis dan sosial suami terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah  Kerja Puskesmas Mata, Kota Kendari,  provinsi sulawesi tenggarara Tahun 2009.
Ha  :    Ada hubungan suami yang dominan antara dukungan psikologis dan sosial terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah  Kerja Puskesmas Mata, Kota Kendari, provinsi sulawesi tenggara Tahun 2009.



BAB III
METODE PENELITIAN

A.   Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui dinamika hubungan antara variabel bebas (Dukungan suami) dengan variabel terikat (kunjungan Antenatal Care) melalui pendekatan point time. Artinya, antara variabel bebas dan variabel terikat di observasi sekaligus pada saat yang sama (Arikunto S, 2006,).

B.   Tempat dan Waktu Penelitian
1.    Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah  Kerja Puskesmas Mata, Kecamatan Kendari, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi tenggara tahun 2009.
2.        Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei-Juni tahun 2009.

C.   Populasi dan Sampel
1.    Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami yang istrinya hamil dan memeriksakan kehamilannya di wilayah Kerja Puskesmas di Wilayah Kerja Puskesmas Mata Kecamatan Kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi tenggara tahun 2009 sejak bulan Mei-Juni tahun  2009.
2.    Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah suami yang isterinya hamill dan memeriksakan kehamilan. Metode penarikan sampel menggunakan Acidental, Sedangkan besar sampel dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
           (Notoatmodjo, 2005)
Keterangan:
n      :  Jumlah sampel
N     :  Jumlah populasi
d      :  Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan  yang  diinginkan (0,05)
Sehingga didapatkan:

D.   Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif
Secara operasional, variabel perlu didefenisikan yang bertujuan untuk menjelaskan makna variabel penelitian. (Arikunto 2006) memberikan pengertian tentang defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu diukur. Variabel penelitian terdiri dari satu variabel terikat dan satu variabel bebas, yaitu :
1.    Kunjungan Antenatal Care adalah pemanfaatan Antenatal Care oleh ibu hamil pada petugas kesehatan di Wilayah  Kerja Puskesmas Mata kecamatan kendari kota kendari provinsi sulawesi tenggara tahun 2009,  yang diukur berdasarkan tiga pertanyaan yang diajukan dengan menggunakan skala Guttman. Skor kunjungan Antenatal Care ini akan dikategorikan menurut  baik dan kurang dengan kriteria obyektif :
Baik                : Bila responden memanfaatkan Antenatal Care > 4      kali
Kurang           :  Bila responden memanfaatkan Antenatal Care < 4 kali (Wibowo.A,2004)
2.    Dukungan psikologis suami adalah dorongan (motivasi) dan penghargaan moril suami terhadap ibu hamil selama masa kehamilannya, (Retnowati, 2005) yang diukur berdasarkan 10 pertanyaan.
dengan kriteria obyektif :
Baik                :  Bila total skor jawaban responden >60%
Kurang           :  Bila total skor jawaban responden <60% (Notoatmodjo.S,2005)
3.    Dukungan sosial suami adalah suatu sikap dengan cara memberikan dorongan atau bantuan secara fisik atau yang nyata kepada ibu selama masa kehamilanya, (yanuasti, 2001) yang diukur berdasarkan 10 pertanyaan.
dengan kriteria obyektif :
Baik                :  Apabila total skor jawaban responden >60%
Kurang           :  Bila total skor jawaban responden <60%
                                  (Notoatmodjo, 2005)

E.   Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan instrumen diantaranya kuesioner dengan jumlah sebanyak 23 pertanyaan dimana yang benar diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0, buku register, catatan mediccal, record pasien di tempat penelitian berlangsung.

F.    Pengumpulan Data
1.    Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah dukungan psikologis dan sosial suami dan kunjungan Antenatal Care yang pengumpulannya melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner (Arikunto,2006).
2.    Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini cakupan pemeriksaan kehamilan, sosiodemografi dan lain-lain yang relevan dengan kebutuhan penelitian  yang pengumpulannya dengan cara melihat dokumen (profil Puskesmas dan laporan kunjungan ibu hamil).

G.   Pengolahan dan Analisis Data
Data diolah menggunakan bantuan elektronik berupa perangkat-perangkat komputerisasi serta analisis data menggunakan statistik inferensial dengan menggunakan uji statistik chi square dengan formula :
                              


(Sugiyono, 2007)



Keterangan:
c2  :  Chi kuadrat
Fo :  Frekuensi yang diobservasi
Fh :  Frekuensi yang diharapkan
∑   :  Sigma atau jumlah  
Dasar pengambilan keputusan :
1. Ditolak, Jika c2hitung  < c2tabel
2. Diterima, Jika c2hitung  > c2tabel

H.   Penyajian Data
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk grafik dan tabel distribusi frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti disertai dengan narasi secukupnya.                  


DAFTAR PUSTAKA


Anderson, 2000. Meningkatkan Kehamilan Yang Aman. http/www.Reblika.Com Diakses 05/05/2009
Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta: Rineka Cipta.
Bobak, 2004.  Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta : EGC
Dasuki (2000), 2000.. Upaya Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak.. htttp://www peningkatan kesehatan ibu dan anak Majalah Interaksi 1-3 Desember Hal. 12-15. diakses 09/04/2008
Depkes RI, 2001. Pedoman pelaksanaan Upaya Peningkatan Neonatal, Jakarta
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara, 2006-2009. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara, Kendari
Farrer (2001). Jati Diri Ibu Dimata Suami. Media Promosi Kesehatan. htttp://www.kesehatan.go.id. diakses 05/05/2009
Friedman 2001. Peran Suami dalam kehamilan. http://www.Kesehatan.go.id  diakses 07/04/2008
Handayani, 2000. Upaya Mencegah Angka Kematian Ibu Di Indonesia. MediaPenelitian & Pengembangan Kesehatan, htttp://www.Kurangnya kematian ibu di indonesia.go.id. diakses 11s/05/2009
Hakimi, 1997. Evaluasi Efeketivitas Kehamilan Di Kabupaten Purworejo, Majalan Kedokteran  Indonesia.http/www.ilmu kedokteran, diakses 05/05/2009
Harian Kompas, 23/7/2007,  Angka Kematian Ibu di Indonesia Masih Tinggi.
Hasriyanti, 2005. Studi Retrospektif Dampak Persalinan Usia Remaja Di Wilayah Kerja Puskesmas Konda Kabupaten Konsel Tahun 2005, Skripsi tidak dipublikasikan, Kendari
Manuaba Ida Bagus Gede , 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan
Masrianto, 2001. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Antenatal Care Di Kecamatan Kalimana Kabupaten Purba. http://www.Depkes.go.id. Diakses 05/05/2009
Mediana, 2007. Pentignya Pelayanan ANC Secara Teratur. http://www. Pelayanan Antenatal care .go.Id diakses 05/05/209
Mercy Lucianawaty, 2003. Menjadi Ayah Yang Bertanggung Jawab. Http//Www.Jhucccp.Go.Id Diakses  11/05/2009
Mochtar, Rustam. 2000.  Synopsis Obsetri Patologi, Jakarta: EGC
Notoatmodjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Prawirohardjo dkk, 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga Cetakan Kedelapan, Jakarta  : Yayasan Bina Pustaka,
Retnowati, 2005. Persepsi Remaja Ketergantungan Napza Mengenai Dukungan Keluarga Selama Masa Rehablitasi. htttp://www.kesehatan.go.id. diakses 05/05/2009
Sheri dan Radmacher. 2000. Dukungan Suami Dalam Upaya Mencegah Angka Kematian Ibu. http/www.Majalahafmica.Com,Diakses 05/05/2009
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Syaifuddin,dkk 2001. Kebidanan Komunitas. Jakarta : Tiara Putra
Taylor,  1999. Komunikasi Interpersonal Merupakan Salah Satu Komponen Dukungan http/www.Suaraperempuan.Com, Diakses 05/05/2009
Wibowo Abdul . 2004. Faktor Penentu Pemanfaatan ANC Dan Hubungan ANC Dengan Bayi Berat Lahir Rendah Di Kec. Ciawi, Desertasi Yang Dipublikasikan Universitas Indonesia
Yanuasti, 2001. Dukungan Sosial Suami Terhadap Pelayanan ANC . htttp://www.Sosial Suami.go.id. diakses 08/04/2009

No comments:

Post a Comment

Please comment here!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Feedjit